Dalam kunjungannya ke Senegal, Minggu (22/5), Kanselir Olaf Scholz mengatakan negaranya akan menjalin kerja sama serius terkait gas dengan negara-negara Afrika Barat Senegal di tengah ketidakpastian dengan pasokan Rusia.
"Ini adalah masalah yang perlu ditindaklanjuti secara intensif," kata Scholz saat konferensi pers dengan Presiden Senegal Macky Sall, seperti dikutip dari
AFP, Senin.
Senegal, negara berpenduduk sekitar 16 juta orang, memiliki miliaran meter kubik cadangan gas dan diharapkan menjadi produsen gas utama di kawasan itu. Ini memicu semangat Berlin untuk menyongsongkan tangannya.
Pembicaraan soal gas ini telah dibahas bersama Sall. Scholz mengatakan pihaknya telah memulai pembahasan ini dan sedang menata langkah selanjutnya.
Seorang pejabat pemerintah Jerman mengatakan Jerman dapat membantu mengeksplorasi ladang gas di Senegal, untuk itu dibutuhkan kerja sama erat untuk kepentingan bersama.
Berlin telah mengundang Senegal, yang saat ini memegang jabatan ketua bergilir Uni Afrika untuk menghadiri KTT G7 di Jerman pada bulan Juni sebagai negara tamu.
Senegal, seperti banyak negara Afika abstain dari pemungutan suara pada resolusi PBB terhadap invasi Rusia ke Ukraina.
Sall, berbicara dalam perannya sebagai ketua Uni Afrika, mengatakan banyak negara Afrika tidak ingin berpihak dalam perang. Ia menegaskan posisi Afrika dalam masalah ini yaitu hanya sebagai penengah dan menginginkan gencatan senjata tanpa mencampuri urusan negara lain.
Keingininan untuk gencatan senjata juga didorong karena kebutuhan pangan yang mulai terguncang. Perang di Ukraina, pemasok biji-bijian dan makanan utama bagi dunia, telah memicu gangguan pasokan dan membuat harga melonjak.
Sall akan melakukan perjalanan ke Rusia dan Ukraina atas nama Uni Afrika dalam waktu dekat.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: