Meski pernah menyebut Putin sebagai idola dan temannya, namun pada Selasa (24/5), Duterte mengkritik invasi yang diluncurkan Rusia ke Ukraina karena membunuh warga sipil tidak berdosa.
"Banyak yang mengatakan bahwa Putin dan saya sama-sama pembunuh. Saya sudah lama memberi tahu Anda, orang Filipina bahwa saya benar-benar membunuh. Tapi saya membunuh penjahat, saya tidak membunuh anak-anak dan lansia," ujarnya, seperti dikutip
The National.
"Kita berada di dua dunia yang berbeda," imbuhnya.
Lebih lanjut, Duterte juga menyalahkan perang di Ukraina yang sudah berlangsung selama tiga bulan karena lonjakan harga minyak global, juga turut dirasakan oleh Filipina.
Walaupun tidak secara langsung mengutuk Putin, Duterte tidak setuju dengan pelabelan invasi Rusia sebagai “operasi militer khusus". Alih-alih, Duterte mengatakan itu adalah perang skala penuh yang dilancarkan terhadap negara berdaulat.
Selama menjabat, Duterte telah memimpin operasi anti-narkoba, di mana sebagian kecil dari lebih 6.000 tersangka dibunuh tanpa proses hukum.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia menyebut angka korban yang jauh lebih tinggi dan mengatakan orang-orang yang tidak bersalah, termasuk anak-anak, ikut terbunuh oleh kampanye anti-narkoba.
Operasi anti-narkoba Duterte juga mendapatkan penyelidikan dari Pengadilan Kriminal Internasional atas kemungkinan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Duterte sendiri akan mengundurkan diri pada 30 Juni, ketika masa jabatan enam tahunnya berakhir. Sementara jabatannya akan digantikan oleh Ferdinand Marcos Jr.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: