Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Rusia: Akibat Ketakutan, Barat Menganggap Semua yang Tidak Sehaluan sebagai Oposisi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Jumat, 27 Mei 2022, 14:48 WIB
Rusia: Akibat Ketakutan, Barat Menganggap Semua yang Tidak Sehaluan sebagai Oposisi
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov/Net
rmol news logo Ada sejumlah penyebab yang selama ini telah mempengaruhi sikap negara-negara Barat kepada negara lain, begitu menurut Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov.

Berbicara kepada RT, Lavrov mengatakan para pemimpin Barat mempunyai rasa percaya diri yang luar biasa dan sikap mereka didorong oleh delusi keagungan dan ketakutan irasional.

“Kami tahu bahwa teman-teman Barat kami memiliki banyak fobia, banyak kompleks. Mereka memiliki kompleks superioritas, kompleks infalibilitas, dan saya yakin mereka juga memiliki beberapa paranoia,” kata Lavrov, Kamis (26/5).

“Setiap proses yang tidak melibatkan Barat, yang tidak dikendalikan oleh Barat, mereka anggap sebagai oposisi, tantangan terhadap dominasi mereka,” jelasnya, merujuk pada berbagai kelompok dan organisasi integrasi ekonomi regional yang diikuti Rusia.

Pernyataan Lavrov datang ketika dirinya membela oposisi Moskow terhadap AS dan sekutunya, yang dituduh Rusia memaksakan kehendak mereka pada negara lain melalui metode yang tidak baik.

"Dorongan untuk menghukum Rusia dengan sanksi ekonomi dan isolasi diplomatik dalam menanggapi serangan ke Ukraina, di mana Washington ingin mendaftarkan seluruh dunia, adalah contoh terbaru," kata Lavrov.

“Penghinaan aliansi Anglo-Saxon tidak memiliki batas, dan kami menemukan konfirmasi itu setiap hari,” katanya.

“Barat mengirim utusan dan utusannya setiap hari ke setiap ibu kota tanpa kecuali, untuk menyampaikan ultimatum dan memeras," lanjut Lavrov.

Rusia, kata Lavrov,  senang melihat bahwa sebagian besar negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin menolak tekanan tersebut.

“Negara-negara itu tidak ingin berkompromi dengan martabat nasional mereka dan berlarian sebagai budak yang melakukan pekerjaan atas nama (Barat)," katanya.

"Sikap mereka bukanlah hal baru dan merupakan versi modern dari kolonialisme Eropa," ujar Lavrov.

Untungnya, sejarah mendukung masa depan multilateral bagi dunia, sehingga negara-negara Barat yang berusaha mempertahankan status dominan mereka bertindak melawan kemajuan alami umat manusia.

"Rasa hak Barat untuk berhubungan dengan dunia seperti yang dilihatnya sering memiliki konsekuensi bencana," kata Lavrov.

Lavrov merujuk pada kasus Yugoslavia pada 1990-an, yang dihancurkan ketika AS memutuskan penghancuran untuk kepentingannya, juga Irak pada 2003, ketika AS menggunakan dalih palsu untuk menyerang negara itu, dan dengan Libya pada 2011.

“Tentu, ada rezim otoriter di Irak dan Libya, tetapi tidak ada teroris di sana. Tidak ada pertempuran terus-menerus dan provokasi militer,” katanya.

“Itulah mentalitas negara-negara Barat. Mereka percaya keamanan mereka bergantung pada seluruh dunia dan dengan demikian mereka harus menguasai dunia,” tambah Lavrov.

Begitupun terkait Ukraina. Lavrob mengatakan masalah saat ini berasal dari akar penyebab yang sama, yaitu pengabaian Barat terhadap keamanan nasional Rusia.

"Itu hanya mengabaikan selama beberapa dekade keberatan Moskow terhadap perluasan NATO di Eropa, mendorong Moskow ke arah opsi militer untuk mengekang ancaman," katanya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA