Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Krisis Populasi China Makin Parah, Data di Lapangan Lebih Buruk dari Data Resmi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Senin, 06 Juni 2022, 08:22 WIB
Krisis Populasi China Makin Parah, Data di Lapangan Lebih Buruk dari Data Resmi
Ilustrasi/Net
rmol news logo Para ahli mulai menyuarakan kekhawatiran terkait krisis populasi di China, yang diperkirakan lebih buruk daripada data resmi yang diberikan oleh Beijing.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Seorang profesor sejarah ekonomi di London School of Economics and Political Science, Kent Deng mengatakan angka kelahiran baru yang di data milik pemerintah China tidaklah akurat.

"Sebenarnya, kesenjangan antara angka kelahiran dan angka kematian semakin dekat, dan memiliki selisih yang sangat tipis di antara keduanya. (Data resmi) tingkat pertumbuhan resmi tidak nyata. Ini didasarkan pada propaganda," ujarnya, seperti dikutip ANI News.

Menurut Biro Statistik Nasional, China mencatat tingkat kelahiran 0,752 persen dan tingkat kematian 0,718 persen, sehingga tingkat pertumbuhan alami mencapai 0,034 persen pada 2020.

Deng menuturkan, penurunan populasi akan melemahkan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), yang kemudian akan melemahkan kekuasaan Partai Komunis di Republik Rakyat China (RRC).

“Dalam pandangan RRC, partai berarti tentara untuk menjaga kedaulatan nasional China. Tentara juga digunakan untuk menjaga ketentraman atau stabilitas China secara internal. Apapun yang melemahkan tentara, otomatis akan melemahkan kekuasaan partai. Siapa yang memerintah China? Saya akan katakan bukan partai, tapi tentara memerintah China," jelasnya.

Pada akhir 2021, populasi China mencapai 1,41 miliar, naik 480 ribu jiwa dari tahun sebelumnya.

Menurunnya angka kelahiran juga berbanding lurus dengan penurunan pernikahan di China, yang bisa memicu masalah demografis di ekonomi terbesar kedua dunia itu.

Tahun lalu, jumlah pernikahan di China turun ke level terendah dalam 36 tahun, yang diperkirakan akan berkontribusi pada penurunan tingkat kelahiran nantinya.

Beijing telah melakukan berbagai upaya untuk mendorong angka kelahiran, termasuk mengeluarkan UU Kependudukan dan Keluarga Berencana baru, di mana pasangan diizinkan memiliki tiga anak.

UU tersebut muncul setelah sensus sekali dalam satu dekade pada tahun 2020 menunjukkan populasi China berkembang pada tingkat paling lambat dalam sejarah.

Menurut data sensus, masalah demografis China diperkirakan akan memburuk karena usia di atas 60 tahun meningkat 18,7 persen menjadi 264 juta orang.

Populasi keseluruhan China telah tumbuh 5,8 persen sejak tahun 2000, dari 1,27 miliar menjadi 1,34 miliar, dibandingkan dengan laju 11,7 persen, hampir dua kali lipat, selama sensus 1990 dan 2000. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA