Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengomentari laporan tersebut dengan mengatakan pemerintah AS sedang menciptakan informasi palsu.
"Sejauh yang saya tahu, Kamboja telah mengomentari laporan ini. Kamboja juga telah menginformasikan bahwa konstitusinya tidak mengizinkan pembangunan pangkalan militer asing di wilayahnya," kata Zhao Lijian.
Menurutnya, AS telah mengabaikan posisi pihak Kamboja dengan membuat spekulasi jahat. Juga merendahkan, bahkan mengancam dan menekan Kamboja.
"Ini teror psikologis klasik," kata Zhao, sebagaimana dikutip dari
TASS. Zhao menekankan, China dan Kamboja adalah mitra, dan kerja sama mereka sangat transparan dan rasional.
"AS memiliki 800 pangkalan di luar negeri, dan anggaran militernya kira-kira sama dengan pengeluaran pertahanan sembilan negara," kata Zhao.
Ia menyayangkan sikap AS yang selalu ikut campur dalam urusan internal negara lain pada setiap kesempatan.
Pesawat tempur dan kapal AS selalu siap mengayunkan pedang di depan pintu negara lain, kata Zhao.
"Jadi, siapa yang kemudian membahayakan keamanan dan stabilitas global dan regional? Dialah yang menyebarkan informasi palsu, semua orang tahu itu," tukas Zhao.
The Washington Post pada Senin (6/6) melaporkan dengan mengutip sumbernya sendiri, bahwa China diam-diam membangun fasilitas untuk Angkatan Lautnya di Kamboja. Menurut surat kabar itu, kedua negara berusaha menyembunyikan informasi ini.
Washington Post juga menunjukkan bahwa China mengharapkan untuk mempertahankan kehadirannya di bagian utara Pangkalan Angkatan Laut Ream Kamboja di Teluk Thailand. Peletakan batu pertama, yang akan dihadiri oleh perwakilan dari kedua negara, akan diadakan pada Kamis (9/6). Ini akan menandai awal dari renovasi dan perluasan pangkalan, yang hanya akan digunakan oleh China.
Ini seperti membuktikan kabar yang tersiar pada 2019 lalu yang dilaporkan The Wall Street Journal, bahwa China dan Kamboja telah menandatangani perjanjian rahasia yang memberi militer RRC hak eksklusif untuk menggunakan pangkalan Ream selama 30 tahun.
Menurut Washington Post, seorang pejabat China mengkonfirmasi bahwa militer dan ilmuwan China akan menggunakan bagian dari pangkalan itu.
Sementara yang publik tahu sejauh ini adalah, satu-satunya pangkalan militer luar negeri China adalah di Djibouti.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: