Moldova, katanya, bisa saja ditelan oleh Rumania.
Dia mencatat bahwa saat ini ada banyak ancaman terhadap energi, ketahanan pangan dan sektor sosial.
Krisis ini diperparah oleh Moldova bergabung dengan sanksi anti-Rusia dan pembicaraan tentang perlunya negara-negara Barat untuk meningkatkan kemampuan pertahanan Moldova, katanya.
"Bahaya terseret ke dalam perang regional berdarah dan kehilangan status negara adalah nyata," tegas Dodon dalam saluran telegramnya, Rabu (8/6).
"Aneksasi militer dan politik negara kita ke Rumania sedang berlangsung, dengan penolakan netralitas. Untuk meletakkan dasar bagi penyatuan teknis ini, Moldova harus menunjukkan ketidakmampuannya untuk menjamin ekonomi, energi dan keamanan teritorial sendiri. Warga harus mengalami demoralisasi sehingga mereka berhenti percaya pada negara mereka sendiri," tulis Dodon, seperti dikutip dari Vestikavkaza, Kamis.
Menurutnya, Presiden Moldova Maia Sandu dan seukut asingnya telah mengikuti skenario Ukraina, memicu destabilisasi situasi yang disengaja.
"Barat ingin menggunakan Moldova sebagai umpan meriam di geopolitik. Pertempuran yang sedang berlangsung di wilayah tersebut." “Pada kenyataannya, semua perkembangan persenjataan dan histeria anti-Rusia ini sengaja diorganisir untuk membenarkan kehadiran pasukan NATO di wilayah Republik Moldova,†katanya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: