Pada Jumat (10/6), Departemen Luar Negeri Filipina menuduh beijing telah melakukan penangkapan ikan secara ilegal dan memblokir kapal Filipina menggunakan jaring ikan dan pelampung di dekat Palawan di dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).
Protes yang disampaikan oleh Deplu Filipina itu terjadi sehari setelah Manila memprotes kehadiran lebih dari 100 kapal milisi China di sekitar Karang Julian Felipe, yang juga terletak di ZEE Filipina.
Menurut Jay Batongbacal dari Institut Urusan Maritim dan Hukum Laut di Universitas Filipina, aktivitas-aktivitas China tersebut tampaknya dilakukan untuk menguji Manila.
“Mereka akan menjelaskan bahwa kapal Filipina tidak akan dapat mendekati BRP Sierra Madre tanpa pengawalan atau izin mereka, dan bahwa mereka dapat dicegah untuk mencapainya kapan saja. Jadi jika kita bertindak seperti yang mereka harapkan, kita kalah,†kata Batongbacal, seperti dikutip
AFP.
Penggunaan alat penangkap ikan oleh China untuk mencegah Filipina melakukan misi pasokan di Ayungin juga merupakan pertama kalinya, setidaknya secara publik, mencoba melakukan tindakan semacam itu di daerah tersebut.
Sebagai resposn, Batongbacal menyarankan agar pemerintah Filipina memotong, melepas, dan menyita perangkat tersebut karena membahayakan keselamatan navigasi.
“Mereka tidak memiliki hak untuk menangkap ikan di sana, itu di bawah yurisdiksi kami sesuai dengan arbitrase Laut China Selatan, jadi jika mereka ikut campur dengan paksa, mereka adalah agresor,†tegasnya.
Saat ini, Filipina berada dalam proses transisi pemerintahan dari Presiden Rodrigo Duterte ke Presiden terpilih Ferdinand Marcos Jr. Dalam beberapa kesempatan, Marcos menegaskan akan meningkatkan hubungan dengan China.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: