Dalam suratnya, Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Mali Oumar Diarra menegaskan keputusan negaranya untuk menghentikan keterlibatan pasukannya yang bertugas di front Barat dan Tengah serta keterlibatan personel militer Mali yang bertugas di markas besar Pasukan Gabungan.
"Menyusul siaran pers resmi tertanggal 15 Mei 2022, pemerintah Mali mengumumkan penarikan dari negara itu dari semua badan G5 Sahel, termasuk pasukan gabungan G5 Sahel," kata Diarra, seperti dikutip dari
Africa News, Sabtu (17/6).
Pasukan anti-jihad Afrika Barat diluncurkan pada 2014 dengan dukungan Prancis. Negara yang bergabung termasuk Mauritania, Chad, Burkina Faso dan Niger.
Pasukan G5 beroperasi di tiga front: di perbatasan antara Mali dan Mauritania yang disebut front Barat, di perbatasan antara Chad dan Niger, yang dikenal sebagai front timur dan front tengah yang meliputi wilayah "tiga perbatasan" Sahel.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: