Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Francia Marquez, Wakil Presiden Kulit Hitam Pertama Kolombia yang Mengorganisir 'Pawai Sorban' dan Gerakan 'Soy Porque Somos'

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Selasa, 21 Juni 2022, 09:55 WIB
Francia Marquez, Wakil Presiden Kulit Hitam Pertama Kolombia yang  Mengorganisir 'Pawai Sorban' dan Gerakan 'Soy Porque Somos'
Francia Marquez/Net
rmol news logo Pemilihan presiden Kolombia 2022 bukan saja membawa sejarah baru dengan kemenangan Gustavo Petro sebagai presiden sayap kiri pertama, tetapi juga sekaligus mengantarkan Francia Marquez sebagai wanita kulit hitam pertama yang menjadi wakil presiden di negara itu.

Petro, mantan gerilyawan yang berhasil mengalahkan seorang jutawan real estat dalam kemenangan putaran kedua pada Minggu (19/6) yang menandai pergeseran besar di negara Amerika Selatan yang telah lama diperintah oleh kaum konservatif atau moderat.  

Dengan memilih Marquez sebagai pasangannya, Petro telah mengisyaratkan tidak hanya jeda politik, tetapi juga akan ada jeda sosial di negara yang secara historis menyangkal keberadaan rasisme, terutama dengan latar belakang Marquez yang selain kulit hitam, juga adalah seorang pengasuh dan pembantu rumah tangga.  
Perjalanan Marquez menjadi kisah luar biasa tentang ketabahan melawan rintangan.

Marquez yang lahir pada tahun 1981 di sebuah desa kecil di wilayah Cauca barat daya Kolombia, dibesarkan hanya oleh seorang ibu. Ia hamil pada usia 16 tahun, adan dipaksa bekerja di tambang emas yang jaraknya beberapa kilometer dari rumah untuk menghidupi keluarganya dan kemudian dipekerjakan sebagai pembantu rumah tangga.  

Namun, sebelum kehamilannya, Marquez yang aktif, memiliki banyak teman dan memulai kegiatan aktivisme lingkungannya pada 1996, ketika dia baru berusia 15 tahun. Ketika itu Marquez mengetahui bahwa sebuah perusahaan multinasional ingin meluncurkan proyek untuk memperluas bendungan di sungai utama kawasan itu, Ovejas, yang akan berdampak besar pada komunitasnya.

Tinggal di tepi sungai sejak abad ke-17, komunitas Afro-Kolombia telah mempraktikkan pertanian dan pertambangan rakyat, yang menjadi sumber pendapatan utamanya selama beberapa generasi.

Kampanye Sungai Ovejas menandai awal dari perjuangan panjang Marquez untuk membela hak-hak komunitas Afro-Kolombia dan melestarikan tanah mereka. Selama 20 tahun terakhir, dia telah berjuang tanpa henti melawan perusahaan multinasional yang mengeksploitasi daerah sekitar sungai Ovejas dan terkadang memaksa orang untuk meninggalkannya.

Marquez baru dikenal luas pada tahun 2014. Saat itu, dia menargetkan para penambang ilegal yang telah mendirikan operasi di sepanjang sungai, menggali emas dan, di atas segalanya, banyak menggunakan merkuri, elemen yang memisahkan emas dari air tetapi juga mencemari air dan merusak keanekaragaman hayati.

Sebagai bentuk protes, Marquez mengorganisir "pawai sorban", yang menampilkan pawai protes 80 wanita berjalan dari Cauca ke Bogota yang menghabiskan waktu selama 10 hari dengan jarak 500 kilometer. Kelompok itu berdemonstrasi di depan kementerian dalam negeri selama hampir 20 hari. Pada akhirnya, para aktivis menang, karena pemerintah berjanji untuk menghancurkan semua pertanian ilegal di sekitar Ovejas.  

Marquez telah memperoleh gelar sarjana hukum dan telah mengadakan banyak forum, mengajar di universitas dan menyampaikan pidato di hadapan tokoh politik dan LSM. Dia dianugerahi Hadiah Goldman, setara dengan Hadiah Nobel untuk lingkungan pada tahun 2018 untuk usahanya. Tahun berikutnya, dia muncul di daftar 100 wanita paling berpengaruh di dunia versi BBC .  

"Saya adalah seseorang yang bersuara untuk menghentikan perusakan sungai, hutan, dan tegalan. Saya adalah seseorang yang bermimpi bahwa suatu hari manusia akan mengubah model ekonomi kematian, untuk memberi jalan bagi model yang menjamin kehidupan," kata Marquez di situsnya.  

Marquez akhirnya memutuskan untuk terjun ke dunia politik pada tahun 2020 dan tidak berusaha menyembunyikan ambisinya.

"Saya ingin menjadi calon negara ini. Saya ingin penduduknya bebas dan bermartabat. Saya ingin wilayah kita menjadi tempat kehidupan," katanya di akun Twitternya saat itu.

Ketika itulah Marque meluncurkan gerakan yang siberi nama "Soy porque somos" (Saya ada karena kita ada).

Pada Maret 2022, ia mencalonkan diri dalam pemilihan pendahuluan presiden dari koalisi "Pakta Bersejarah" sayap kiri. Marquez mengejutkan semua orang dengan berada di urutan ketiga, mendorong Petro untuk memilihnya sebagai pasangannya.

Dia menjadikan perjuangan untuk melestarikan tanah Afro-Kolombia sebagai bagian sentral dari kampanye politiknya, terus-menerus mengingatkan kembali ke akarnya.

"Saya seorang wanita Afro-Kolombia, seorang ibu tunggal dari dua anak yang melahirkan anak pertamanya pada usia 16 tahun dan bekerja di rumah tangga untuk membayar tagihan. Tetapi saya juga seorang aktivis lingkungan pemenang penghargaan. Dan yang terpenting, seorang pengacara yang bisa menjadi wakil presiden kulit hitam pertama Kolombia," katanya di berbagai kampanye.  

"Pemerintah kami telah memunggungi rakyat, keadilan dan perdamaian," katanya, menanmbahkan bahwa jika orang-orang itu melakukan pekerjaan mereka dengan benar, maka ia tidak akan berada di sini.

Marquez bukan satu-satunya kandidat Afro-Kolombia dalam pemilihan presiden tahun ini. Caterine Ibarguen dan Zenaida Martinez juga mencalonkan diri pada pilpres 2022.

Bersama-sama, mereka mengatakan ingin melawan diskriminasi ganda yang dihadapi perempuan berkulit hitam. Diskriminasi ini tercermin dalam kehidupan politik Kolombia: Hanya ada satu wanita kulit hitam di pemerintahan yang akan datang dan hanya dua di parlemen.

Kemenangan Petro dalam pemilihan presiden 2022 telah melambungkan Marquez dari calon wakil presiden simbolis ke eselon atas kekuatan politik yang sebenarnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA