Para pembelot dari Korea Utara biasanya mengirim selebaran propaganda, uang kertas, hingga USB yang berisi drama dan berita dari Korea Selatan menggunakan balon udara.
Pada 2020, aksi para pembelot tersebut memicu ketegangan antara dua Korea. Puncaknya, Pyongyang marah karena menilai Seoul tidak bertindak hingga akhirnya meledakkan kantor penghubung antar-Korea di Kaesong.
Kali ini, Korea Utara eyakini virus corona yang menyebar di wilayahnya disebabkan oleh balon udara yang dikirim para pembelot.
Lantaran sejak awal Covid-19 merebak di China, Korea Utara langsung menutup perbatasan dengan ketat dan tidak memiliki hubungan dengan dunia luar.
Setelah dua tahun, Korea Utara melaporkan kasus pertama Covid-19 pada 12 Mei. Hingga Jumat (1/7), sudah ada 4,74 juta orang demam yang tercatat dan 73 kematian.
Menurut laporan
KCNA, seorang tentara berusia 18 tahun dan seorang anak berusia lima tahun telah menyentuh "bahan tak dikenal" di daerah timur Kumgang pada awal April. Mereka kemudian menunjukkan gejala dan dinyatakan positif Covid-19.
"Peningkatan tajam kasus demam disaksikan di antara kontak mereka dan sekelompok orang yang demam muncul di daerah itu untuk pertama kalinya," tulis
KCNA.
Kendati begitu,
The Guardian menyebut kelompok pembelot Korea Utara baru mengirim balon dari wilayah Gimpo barat pada akhir April.
Lebih lanjut,
KCNA mengimbau warga untuk waspada terhadap benda-benda asing, khususnya di sepanjang garis demarkasi dan perbatasan.
Menanggapi laporan tersebut, Kementerian Unifikasi Korea Selatan mengatakan tidak ada kemungkinan virus corona memasuki Korea Utara melalui balon.
Para ahli juga mengaku skeptis dengan teori dari Korea Utara.
"Sulit untuk mempercayai klaim Korea Utara, secara ilmiah, mengingat kemungkinan virus menyebar melalui objek cukup rendah,†kata profesor di Universitas Studi Korea Utara di Seoul, Yang Moo-jin.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: