PBB memperingatkan, dampak dari perang di Ukraina yang terlarut-larut dapat membuat semakin banyak negara kewalahan dan berisiko mengalami krisis ekonomi yang sama seperti di Sri Lanka.
"Kami menyaksikan serangkaian peristiwa tragis yang sedang berlangsung di Sri Lanka saat ini yang seharusnya menjadi peringatan bagi siapa saja," kata Administrator Program Pembangunan PBB (UNDP), Achim Steiner pada Kamis (7/7) seperti dimuat
NDTV.
Bersamaan dengan peringatan tersebut, Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) merilis data baru terkait lonjakan jumlah ornag yang terkena dampak kelaparan secara global.
Pada tahun 2021, orang yang terkena dampak kelaparan naik menjadi 828 juta orang, naik sekitar 46 juta sejak 2020. Total 150 juta orang terjerumus sejak pandemi Covid-19.
Di samping itu, UNDP juga memperingatkan bahwa tingkat inflasi yang melonjak telah menyebabkan peningkatan jumlah orang miskin di negara-negara berkembang sebesar 71 juta dalam tiga bulan sejak Maret 2022.
Situasi ini sangat berisiko bagi negara-negara berkembang yang memiliki cadangan fiskal tipis dan tingkat utang negara tinggi, dibarengi kenaikan suku bunga di pasar keuangan global.
Berdasarkan analisis UNDP, naiknya harga komoditas utama sudah berdampak langsung bagi rumah tangga termiskin di 159 negara berkembang.
"Krisis biaya hidup ini membawa jutaan orang ke dalam kemiskinan dan bahkan kelaparan dengan kecepatan yang menakjubkan. Dengan begitu, ancaman peningkatan kerusuhan sosial tumbuh dari hari ke hari," jelas Steiner.
Sri Lanka menghadapi gelombang baru kerusuhan pada Sabtu (9/7), ketika ribuan pengunjuk rasa merangsek masuk kediaman resmi Presiden Gotabaya Rajapaksa dan membakar rumah Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe.
Sebagai tanggapan, Rajapaksa dan Wickremesinghe telah menyatakan kesiapannya untuk mengundurkan diri.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: