Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Sindir Inggris dan AS, China: Mereka Paling Vokal Terhadap Kemanusiaan Ternyata Pembunuh Paling Mematikan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Selasa, 19 Juli 2022, 09:13 WIB
Sindir Inggris dan AS, China: Mereka Paling Vokal Terhadap Kemanusiaan Ternyata Pembunuh Paling Mematikan
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin
rmol news logo Laporan penyelidikan terbaru BBC yang mengungkapkan bahwa militer Inggris telah membunuh puluhan tahanan Afghanistan dan orang-orang tak bersenjata mendapat komentar dari Kementerian Luar Negeri China.

Wang Wenbin, juru bicara kementerian dalam konferensi pers pada Senin (18/7) mengatakan sangat terkejut dengan laporan tersebut.

"Ini mengingatkan saya pada pengungkapan sebelumnya tentang pembunuhan warga sipil Afghanistan oleh pasukan AS dan Australia. Pelanggaran hak asasi manusia AS dan sekutunya yang menantang hati nurani manusia bukanlah kasus yang terisolasi. Mereka adalah pengulangan yang terus-menerus, sistemik dan lazim," kata Wang, seperti dikutip dari Global Times, Selasa (19/7).

Pekan lalu, BBC mengungkapkan bahwa, unit Special Air Service (SAS) - unit pasukan khusus Angkatan Darat Inggris - mungkin telah membunuh 54 orang secara tidak sah dalam tur enam bulan di Afghanistan.

Dalam laporannya media tersebut menemukan bukti yang menunjukkan mantan kepala unit pasukan khusus gagal memberikan bukti untuk penyelidikan pembunuhan.

Beberapa orang yang bertugas di unit pasukan khusus mengatakan bahwa skuadron SAS saling bersaing untuk mendapatkan pembunuhan terbanyak.

Wang kemudian mengutip statistik yang mengatakan bahwa antara tahun 2003 dan 2008, di mana ribuan warga sipil Irak dilecehkan oleh tentara Inggris dengan cara seperti penahanan, pemukulan, penghinaan, serangan seksual dan bahkan pembunuhan.

Rekam jejak AS tidak kalah mengejutkan. Selama 20 tahun terakhir, AS meluncurkan lebih dari 90.000 serangan udara ke negara-negara termasuk Afghanistan, Irak dan Suriah, merenggut sebanyak 48.000 nyawa warga sipil. Petani yang memanen di ladang, anak-anak yang bermain di jalanan, keluarga yang melarikan diri dari perang, dan penduduk desa yang bersembunyi di dalam gedung, semuanya menjadi target pasukan AS.

"Lebih buruk lagi, alih-alih merenungkan kekejaman mereka, Inggris dan AS mencoba segala cara untuk menangkis kesalahan," kata Wang.

Menurut laporan media, Undang-Undang Operasi Luar Negeri 2021 yang diperkenalkan oleh Parlemen Inggris melindungi tentara Inggris yang melakukan penyiksaan dan kejahatan serius lainnya di luar negeri dari penuntutan dan menghambat upaya untuk meminta pertanggungjawaban pelaku sepenuhnya.

"Kementerian Pertahanan Inggris mengklaim telah melakukan penyelidikan ekstensif terhadap tindakan tentara Inggris di Afghanistan dan Irak, tetapi 90 persen dari dugaan kejahatan perang tidak diselidiki," kata Wang.

Sebelumnya, kata Wang, pemerintah AS memberikan sanksi kepada pejabat ICC yang telah menyelidiki kejahatan perang yang diduga dilakukan oleh pasukan AS dalam perang di Afghanistan.

"Ini adalah faktanya. Mereka yang paling vokal membela hak asasi manusia ternyata adalah pembunuh paling mematikan dari warga sipil tak berdosa; dan mereka yang paling gigih menyerang kondisi hak asasi manusia negara lain adalah orang-orang yang harus ditempatkan di dermaga hak asasi manusia," kata Wang.

Wang kemudian mendesak dilalukannya penyelidikan internasional menyeluruh terhadap kejahatan perang dan pelanggaran hak asasi manusia Inggris dan AS,menegakkan keadilan bagi para korban yang tidak bersalah dan melindungi orang-orang di seluruh dunia dari lebih banyak intimidasi dan kekejaman. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA