Operasi tersebut melibatkan sekitar 400 perwira polisi,10 kendaraan lapis baja, dan empat pesawat.
Berbicara dalam konferensi pers pada Kamis (21/7), jurubicara kepolisian mengatakan, 18 orang meninggal dunia selama operasi, 16 di antaranya diyakini sebagai anggota geng kriminal. Sementara dua lainnya adalah aparat, dan seorang perempuan yang tinggal di kawasan tersebut.
Banyak korban tewas memicu kekhawatiran adanya pelanggaran hak asasi manusia.
"Ini pembantaian, yang polisi sebut operasi. Mereka (polisi) tidak membantu kami (korban)," kata seorang warga, seperti dimuat
Associated Press.
Warga menyebut, keadaan di kawasan itu sama seperti negara-negara perang.
“Kami takut tinggal di sini,†teriak salah seorang warga setelah penggerebekan.
Gilberto Santiago Lopes dari Komisi Hak Manusia Anacrim mengatakan polisi menolak membantu orang-orang yang terluka.
“(Polisi) tidak bertujuan untuk menangkap mereka, mereka bertujuan untuk membunuh mereka. Jadi jika mereka terluka, mereka pikir mereka tidak pantas mendapatkan bantuan,†kata Gilberto.
Geng kriminal di Alemo diyakini terlibat dalam pencurian kargo, perampokan ban, dan merencanakan serangan.
Demi memerangi kejahatan terorganisir, polisi terus melakukan operasinya di daerah-daerah kumuh. Presiden Brasil Jair Bolsonaro mendukung taktik tersebut.
“Gangster harus mati seperti kecoak,†ucap Bolsonaro, dikutip dari Reuters.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: