Saat kericuhan berlangsung, tidak ada anggota parlemen yang hadir di gedung itu. Polisi menembakkan gas air mata dan meriam air untuk menghalau pengunjuk rasa. Tetapi mereka tetap gagal menghentikan demonstran memasuki gedung.
"Mereka menembus Zona Hijau yang dijaga ketat di Baghdad. Tempat sejumlah bangunan paling penting di ibu kota, termasuk kedutaan besar, berada," kata petugas keamanan setempat seperti dilaporkan
BBC pada Kamis (28/7).
Perdana Menteri Irak saat ini, Mustafa Al-Kadhimi, meminta pengunjuk rasa untuk meninggalkan gedung. Namun pengunjuk rasa justru bernyanyi, menari dan berbaring di atas meja parlemen.
Seperti dikutip dari BBC, Aliansi politik Muqtada Al-Sadr telah memenangkan kursi terbanyak dalam pemilihan umum Oktober lalu. Namun tidak jadi berkuasa karena terjadinya kebuntuan politik setelah pemungutan suara diadakan.
Sadr merupakan ulama Syiah yang menentang intervensi Amerika di Irak dan mengklaim kemenangan gerakan nasionalis Saeroun setelah pemilihan di bulan Oktober. Dia dan pendukungnya juga menentang pencalonan pesaingnya Mohammed al-Sudani sebagai perdana menteri, karena dinilai terlalu dekat dengan Iran.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: