Dikutip dari
Reuters, pemerintah Moldova mengatakan mereka masih membutuhkan kekuatan khusus untuk menangani dampak dari invasi yang dilakukan oleh Rusia kepada Ukraina.
Berbicara di hadapan parlemen, Perdana Menteri Natalia Gavrilita, mengatakan terdapat risiko berkelanjutan terhadap energi, keamanan perbatasan, dan kebutuhan untuk mengelola arus pengungsi dari Ukraina.
"Risiko bagi Moldova akibat perang di Ukraina tetap tinggi. Pemerintah membutuhkan kekuatan tambahan," ujarnya.
Adapun perpanjangan keadaan darurat mulai berlaku pada 8 Agustus mendatang.
Sementara itu, sekitar 500 ribu pengungsi dikabarkan telah melintasi perbatasan sejak invasi di bulan Februari, di antaranya lebih dari 100 ribu pengungsi masih tinggal di Moldova, sebuah negara kecil yang berpenduduk sekitar 2,6 juta orang.
Parlemen Moldova pertama kali mengumumkan keadaan daruratnya pada 26 Febuari, dua hari setelah Rusia melakukan Invasi. Setelahnya Moldova terus memperpanjang keadaan darurat pada bulan April dan Juni, demi keamanan negara.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: