Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Bantu Jual Minyak Iran, Perusahaan China Dihajar Sanksi AS

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Selasa, 02 Agustus 2022, 06:58 WIB
Bantu Jual Minyak Iran, Perusahaan China Dihajar Sanksi AS
rmol news logo Washington pada Senin (1/8) mengeluarkan sanksi terhadap perusahaan China yang dikatakan membantu menjual puluhan juta dolar produk minyak dan petrokimia Iran ke Asia Timur. Sanksi ini sebagai bagian dari upaya meningkatkan tekanan untuk mengekang program nuklir Teheran.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Ada total enam perusahaan yang mendapat sanksi terbaru dari Departemen Keuangan AS dan Departemen Luar Negeri AS pada Senin (1/8). Empat berbasis di Hong Kong, satu di Singapura, dan satu di Uni Emirat Arab (UEA).

Departemen Keuangan menuduh Perusahaan Komersial Industri Petrokimia Teluk Persia (PGPICC), salah satu pialang petrokimia terbesar Iran, menggunakan perusahaan untuk memfasilitasi penjualan produk minyak dan petrokimia Iran ke Asia Timur.

Departemen Keuangan juga menargetkan Blue Cactus Heavy Equipment and Machinery Spare Parts Trading LLC yang berbasis di UEA, yang katanya membantu menjual jutaan dolar produk minyak bumi asal Iran ke Triliance Petrochemical Co. Ltd. yang berbasis di Hong Kong, yang sebelumnya telah disetujui oleh Amerika Serikat.

Sanksi juga menargetkan Farwell Canyon HK Limited dan Shekufei International Trading Co., Limited yang berbasis di Hong Kong karena memfasilitasi penjualan semacam itu untuk pengiriman selanjutnya ke pembeli di Asia Timur.

Mengutip Reuters, Departemen Keuangan menuduh PGPICC menggunakan rekening bank perusahaan, bersama dengan PZNFR Trading Limited yang berbasis di Hong Kong dan Malaysia, untuk mengumpulkan dana jutaan dolar.

Secara terpisah, Departemen Luar Negeri memberikan sanksi kepada Pioneer Ship Management PTE LTD yang berbasis di Singapura karena diduga mengelola kapal yang membawa produk minyak Iran dan Golden Warrior Shipping, Co. Ltd. yang berbasis di Hong Kong, atas dugaan transaksi terkait dengan minyak dan produk minyak Iran.

Tindakan tersebut membekukan aset yang berbasis di AS dan umumnya melarang orang Amerika untuk berurusan dengan mereka. Orang lain yang terlibat dalam transaksi tertentu dengan perusahaan yang ditargetkan juga berisiko terkena sanksi.

Langkah AS pada Senin adalah tembakan terbaru dalam kampanye peningkatan AS untuk menegakkan sanksi yang bertujuan mengurangi pendapatan minyak dan petrokimia Iran.

Sejak menjabat pada 2021, Presiden AS Joe Biden enggan memberikan sanksi kepada entitas China yang terlibat dalam perdagangan minyak dengan Iran karena harapan mengamankan kesepakatan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015.

Upaya untuk menghidupkan kembali kesepakatan sejauh ini gagal, membuat Washington mencari cara lain untuk meningkatkan tekanan pada Teheran.

"Amerika Serikat terus menempuh jalur diplomasi untuk mencapai pengembalian bersama ke implementasi penuh Rencana Aksi Komprehensif Bersama," kata Wakil Menteri Keuangan untuk Terorisme dan Intelijen Keuangan, Brian Nelson dalam pernyataannya, mengacu pada kesepakatan nuklir 2015.

"Sampai saat Iran siap untuk kembali ke implementasi penuh dari komitmennya, kami akan terus memberlakukan sanksi atas penjualan gelap minyak dan petrokimia Iran," ujarnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA