Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Serbia dan Kosovo Tegang, Vucic: Menjaga Perdamaian dengan Kurti adalah Salah Besar

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Rabu, 03 Agustus 2022, 09:08 WIB
Serbia dan Kosovo Tegang, Vucic: Menjaga Perdamaian dengan Kurti adalah Salah Besar
Presiden Serbia Aleksandar Vucic /Net
rmol news logo Ketegangan terbaru antara Beograd dan Pristina semakin meningkat, Presiden Serbia Aleksandar Vucic bahkan menyatakan tidak mengharapkan hasil apa pun dari pembicaraan mendatang dengan Kosovo.

Berbicara dengan saluran TV RTS pada Selasa (2/8), Vucic meluncurkan serangan pribadi terhadap Perdana Menteri Kosovo Albin Kurti, yang menyatakan bahwa sikapnya terhadap Beograd sudah jelas.

“Saya akan pergi ke Brussel, itu tidak sulit bagi saya, saya tidak mengharapkan apa pun. Siapa pun yang berpikir bahwa mungkin untuk menjaga perdamaian dengan Kurti, saya yakin mereka salah besar, saya tahu dengan siapa saya berhadapan,” kata Vucic, seperti dikutip dari RT, Rabu (3/8).

Ketegangan telah meningkat antara Beograd dan Pristina selama akhir pekan, ketika pihak berwenang di wilayah yang memisahkan diri itu menerapkan aturan pelarangan pelat nomor dan identitas Serbia bagi warga Serbia yang memasuki wilayah Kosovo, mulai 1 Agustus dan menegakkan tindakan itu dengan unit polisinya.

Beograd menyebutnya sebagai serangan terhadap penduduk Serbia di Kosovo karena Vucic menuduh Pristina melanggar hak-hak warga Serbia setempat. Kurti, sebaliknya, menuduh etnis lokal Serbia menyerang polisi dan mengklaim Kosovo menghadapi “chauvinisme nasional Serbia.”

Krisis ditunda setelah Washington meminta Kosovo untuk menunda penerapan aturan kontroversial itu hingga 1 September.

“Dua hari lalu, di Kosovo dan Metohija, kami selangkah lagi dari bencana,” kata Vucic.

Presiden juga menuduh pihak berwenang Kosovo melakukan oportunisme politik, menuduh bahwa mereka melihat krisis Ukraina yang sedang berlangsung sebagai saat yang tepat untuk mencapai tujuan mereka sendiri.

“Intinya adalah bahwa beberapa orang di kawasan itu berpikir bahwa ketika ada histeria umum atas perang di Ukraina, adalah mungkin untuk mencapai tujuan mereka,” kata Vucic.

Hubungan antara Serbia dan Kosovo (terutama dengan suku bangsa Albania yang sebagian besar tinggal di Kosovo) telah mengalami pasang surut sejak sebelum abad ke-19. Konflik antara dua negara tersebut dilatarbelakangi oleh sejumlah peristiwa sejarah dan politik.

Diskriminasi etnis dan agama menjadi salah satu yang memicu pertikaian kedua pihak di mana konflik Serbia-Kosovo terus memanas selama Perang Balkan I, Perang Dunia, dan puncaknya pada Perang Kosovo.

Akhir pekan lalu, warga Serbia mendirikan barikade di beberapa jalan di Kosovska Mitrovica dan sekitar perbatasan. Mereka memprotes aturan pelat nomor yang telah memicu ketegangan selama berminggu-minggu.

Setidaknya satu orang Serbia dilaporkan dipukuli oleh unit polisi Kosovo ketika dia mencoba melewati barikade.

Pasukan penjaga perdamaian yang tergabung dalam Kosovo Force (KFOR) yang dipimpin NATO melakukan penjagaan ketat. Mereka berada dalam siaga tinggi dengan menurunkan puluhan kendaraan tempur, siap membombardir Serbia jika stabilitas di wilayah itu terancam.

NATO menduduki Kosovo pada tahun 1999, setelah kampanye pengeboman selama 78 hari terhadap tempat yang saat itu bernama Yugoslavia. Wilayah ini secara sepihak mendeklarasikan kemerdekaan pada 2008 dengan dukungan AS dan banyak sekutunya.

Kosovo, bagaimanapun, belum menerima dukungan universal, karena tidak diakui oleh Serbia, Rusia, China, dan PBB secara keseluruhan. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA