Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Putin akan Bantu China Melawan Taiwan, tapi Kremlin Minta Bantuan Balik dari Beijing untuk Perang di Ukraina

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Kamis, 04 Agustus 2022, 16:12 WIB
Putin akan Bantu China Melawan Taiwan, tapi Kremlin Minta Bantuan Balik dari Beijing untuk Perang di Ukraina
Vladimir Putin dan Xi Jinping/Net
rmol news logo Di tengah situasi yang semakin tegang antara Beijing dan Taipei terkait kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi, sebuah pernyataan dukungan disampaikan Vladimir Dzhabarov, seandainya China untuk memperebutkan Taiwan.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Wakil ketua pertama komite internasional di Dewan Federasi Rusia itu dalam pernyataannya mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk menolak membantu China.

Dzhabarov mengatakan harapannya bahwa bantuan untuk China akan menjadi "gerakan dua arah" saat Rusia melanjutkan perangnya di Ukraina.

“Artinya kita harus mendapat manfaat dari kerja sama ini,” katanya, seperti dikutip dari Daily Mail, Kamis (4/8).

"Saya yakin bahwa dalam hal ini China mengharapkan bantuan tertentu dari Rusia," tambahnya.

Menyinggung kemungkinan konfrontasi China dengan AS, sekutu Putin itu bersikeras bahwa China berperilaku "dengan cara yang terkendali" dan bahwa dia yakin China akan membutuhkan dukungan dari Rusia bisa harus berhadapan langsung dengan AS.

Ketegangan atas Taiwan telah meningkat dalam beberapa hari terakhir dan laporan menunjukkan bahwa latihan tembakan langsung oleh militer China berlangsung hanya 12 mil laut dari pulau yang disengketakan.

Dukungan Rusia untuk China mungkin membuat khawatir beberapa pihak di Barat, setelah Presiden Joe Biden baru-baru ini mengubah kebijakan "ambiguitas strategis" negara itu. Kebijakan itu muncul sebagai tanggapan atas potensi serangan militer di Taiwan, untuk mengonfirmasi bahwa AS akan melangkah dalam kapasitas tertentu.

Partai Komunis Tiongkok (PKT) yang berkuasa memandang reunifikasi dengan Taiwan sebagai bagian penting dari identitas nasional Tiongkok dan tidak mengesampingkan penggunaan kekuatan militer untuk mendapatkannya kembali.

Media pemerintah China, sementara itu, menyebut kunjungan Pelosi sebagai "perang pembuka."

Mewakili Kongres AS, yang dikenal memiliki dukungan luas untuk Taiwan, Pelosi berkata: "Kami tidak akan meninggalkan komitmen kami ke Taiwan dan kami bangga dengan persahabatan kami yang langgeng."

Setelah bertemu dengan presiden Taiwan Tsai Ing-wen, Pelosi menambahkan: "Sangat penting agar pesannya jelas. (AS) berkomitmen untuk keamanan Taiwan, tapi ini tentang nilai-nilai demokrasi dan kebebasan kita bersama dan bagaimana Taiwan telah menjadi contoh bagi dunia."

"Apakah ada ketidakamanan Presiden China terkait dengan situasi politiknya sendiri?Ssaya tidak tahu," kata Pelosi. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA