Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Selamatkan Diri dari Jebakan Utang, Zambia Batalkan Pinjaman dari China

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/hani-fatunnisa-1'>HANI FATUNNISA</a>
LAPORAN: HANI FATUNNISA
  • Sabtu, 06 Agustus 2022, 17:09 WIB
Selamatkan Diri dari Jebakan Utang, Zambia Batalkan Pinjaman dari China
Presiden China Xi Jinping dan Presiden Zambia Edgar Lungu/Net
rmol news logo Pembatalan pinjaman China senilai 1,6 miliar dolar AS pada Sabtu (6/8) tampaknya menjadi jalan yang ditempuh Zambia untuk menghindari kehancuran dari diplomasi dept trap China yang banyak menjerumuskan negara-negara ke dalam krisis ekonomi.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Seperti dikutip dari ANI News, berkaca pada kejatuhan Pakistan dan Sri Lanka, Zambia yang juga bergantung pada hutang China, kini membatalkan kesepakatannya dan berhasil menegosiasikan dana pinjaman baru IMF senilai 1,4 miliar dolar AS untuk merestrukturasi utang luar negerinya sebesar 17 miliar dolar AS.

Pada November 2020, Zambia gagal membayar pinjaman negara, kemudian China hadir sebagai pemberi pinjaman bilateral terbesar di Zambia dan membuatnya bergantung pada China.

Kreditur internasional mengeluhkan kurangnya perincian tentang pinjaman Zambia China telah menghambat proses restrukturisasi utang Zambia.

Menurut laporan China Africa Research Initiative (CARI) besaran utang Zambia kepada pemberi pinjaman publik dan swasta China adalah 6,6 miliar dolar AS. Jumlah ini hampir dua kali lipat dari yang diungkapkan oleh pemerintah Zambia sebelumnya.

"Ada denda atau tunggakan bunga lain yang terus menumpuk. Zambia yang kaya tembaga telah menggunakan pinjaman China untuk lebih dari 69 proyek selama periode 2000-2018, sebagian besar di sektor transportasi dan listrik," ungkap laporan CARI.

Kurangnya transparansi persyaratan utang yang disepakati oleh negara-negara di Afrika, mengakibatkan China dibanjiri kritikan domestik dan internasional yang mengklaim China mengambil keuntungan dari ketidakjelasan tersebut.

Diplomasi perangkap utang adalah metode penipuan yang diadopsi oleh China di bawah skema BRI, di mana China pertama-tama meminjamkan uang besar di bawah persyaratan pinjaman yang tidak jelas kepada negara-negara berkembang.

China secara strategis memanfaatkan utang negara penerima untuk kepentingan ekonomi, militer, politik atau untuk menyita asetnya sebagai alat pembayaran. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA