Alih-alih membuka front kedua dan ikut mengempaskan negara Beruang Merah, Tbilisi justru bersiap menyambut wisatawan Rusia.
Sekretaris Jenderal Partai Georgia-Democratic yang berkuasa, Kakha Kaladze, mengatakan negaranya harus kembali bangkit lewat jalur wisatawan, di mana turis yang datang ke negara itu biasanya lebih banyak berasal dari Rusia.
“Kami telah berulang kali membuat pernyataan bahwa Georgia tidak meluncurkan perang (melawan Rusia). Tidak akan ada front kedua di Georgia, Georgia tidak bergabung dengan sanksi. Dan ini sangat penting. Kami tengah fokus menyambut wisatawan," kata Kaladze, yang juga Walikota Tbilisi, pada Kamis (11/8), dalam wawancaranya dengan
TASS.Georgia juga tidak 'memusuhi' Rusia, dan kabar bahwa kendaraan berpelat nomor Rusia dilarang masuk ke negara itu adalah berita bohong.
Kaladze meluruskan rumor yang beredar di media sosial bahwa truk Kamaz Rusia dengan pelat nomor Rusia diduga terlihat sedang menjalani perbaikan penggantian pelat. Secara umum dia tidak menentang kendaraan dengan pelat nomor Rusia yang bepergian di Tbilisi.
Sejak awal invasi Rusia di Ukraina, Perdana Menteri Georgia Irakli Garibashvili menyatakan bahwa negaranya tidak berencana untuk menjatuhkan sanksi kepada Rusia atas situasi di Ukraina.
Presiden Ukraina Vladimir Zelensky mengecam keputusan itu, sehingga pada 1 Maret 2022 ia memanggil duta besar Georgia dan menegurnya.
Keputusan itu juga sempat membuat parlemen Georgia tegang, di mana oposisi menyuarakan penentangannya terhadap keputusan Garibashvili.
Pemerintahan Garibashvili menekankan, oposisi nampaknya akan 'memulai' perang dengan Rusia dan membuka "front kedua".
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: