Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Presiden Sierra Leone: Protes Bertujuan Untuk Gulingkan Pemerintahan, Bukan Semata Karena Krisis Ekonomi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/alifia-dwi-ramandhita-1'>ALIFIA DWI RAMANDHITA</a>
LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA
  • Sabtu, 13 Agustus 2022, 13:26 WIB
Presiden Sierra Leone: Protes Bertujuan Untuk Gulingkan Pemerintahan, Bukan Semata Karena Krisis Ekonomi
Presiden Sierra Leone Julius Maada Bio/Net
rmol news logo Protes anti-pemerintah yang meletus di Freetown pada minggu lalu, yang menyebabkan kematian enam petugas polisi dan setidaknya 21 warga sipil, merupakan upaya untuk menggulingkan pemerintahan.

Presiden Sierra Leone Julius Maada Bio menegaskan pandangannya bahwa protes tersebut bukan benar-benar aksi protes terhadap krisis ekonomi yang terjadi di negaranya.

"Ini bukan protes terhadap tingginya biaya hidup yang disebabkan oleh krisis ekonomi global yang sedang berlangsung," kata Maada Bio dalam pidatonya pada Jumat(12/8), dikutip dari Reuters.

Sebelumnya pada Rabu, menurut seorang saksi, petugas polisi menggunakan gas air mata dan beberapa senjata untuk membubarkan kerumunan besar. Kemudian para pengunjuk rasa melemparkan batu dan membakar ban, atas situasi yang mulai tidak kondusif itu, disusul aksi saling adu kekerasan antara polisi dengan warga sipil di ibu kota Freetown dan beberapa kota yang dikabarkan sebagai markas oposisi.  

“Nyanyian para pemberontak adalah untuk penggulingan kekerasan terhadap pemerintah yang terpilih secara demokratis," katanya, seraya menambahkan bahwa pemerintah akan menyelidiki semua kematian.

Menteri Pemuda Mohamed Oman Bangura sebelumnya menyampaikan hal serupa. Pemerintah yakin bahwasanya aksi ini merupakan ulah dari partai oposisi yang ingin menggulingkan pemerintahan. Akan tetapi, beberapa warga telah mengatakan kepada Reuters bahwa protes ini didorong oleh rasa frustrasi masyarakat dengan situasi ekonomi yang kian memburuk dan pemerintah yang dianggap gagal dalam meredam dampak kenaikan harga tersebut.  

Menurut Bank Dunia, inflasi di negara ini naik menjadi hampir 28 persen pada bulan Juni, memberi tekanan ekstra pada 8 juta penduduk Sierra Leone yang hidup di bawah garis kemiskinan.

"Lihat bagaimana harga BBM naik. Harga beras selalu naik. Kita tidak bisa hidup seperti beberapa tahun lalu," kata Solomon Forna, seorang supir dan penduduk sekitar.

Kerusuhan ini dikabarkan sangat tidak biasa terjadi di Sierra Leone, terutama di ibu kota negara Afrika Barat, Freetown. Akan tetapi tanggapan pemerintah terkait aksi kekerasan tersebut sangat tidak bijak dengan menuduh pihak oposisi sebagai dalang dibalik kejadian ini. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA