Presiden Guillermo Lasso mengumumkan keadaan darurat di kota terbesar kedua negara itu dan menyalahkan para kelompok kejahatan terorganisir sebagai pelaku dari ledakan maut.
"Ini adalah deklarasi perang melawan negara, Pemerintah tidak akan membiarkan kejahatan terorganisir yang mencoba mengendalikan negaranya," tegas Laso melalui cuitannya di Twitter.
Sekretaris keamanan Diego Ordonez dalam konferensi persnya menyatakan Keadaan darurat akan berlaku mulai Minggu (14/8) di kota pantai barat daya, dan akan berlangsung selama 30 hari.
Menteri Dalam Negeri Patricio Carrillo, mengatakan lima orang tewas teridentifikasi tidak memiliki catatan kriminal, sementara 17 orang terluka diduga sebagai tentara bayaran yang telah lama terlibat dalam perdagangan obat-obatan terlarang.
Ekuador terletak di antara Kolombia dan Peru yang merupakan dua produsen kokain terbesar di dunia. Hal ini menimbulkan persaingan antara geng-geng yang memicu bentrokan dan pembantaian ratusan nyawa.
Menurut data PBB, Ekuador pada tahun 2020 telah menyumbang 6,5 persen dari semua kokain yang disita di dunia. Tahun lalu, negara itu mengalami 14 pembunuhan per 100.000 orang, dan jumlahnya melonjak hampir dua kali lipat dari tahun 2020.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: