Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Rusia Tidak Pernah Menjadi Penghalang Kesepakatan JCPOA

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Selasa, 16 Agustus 2022, 09:54 WIB
Rusia Tidak Pernah Menjadi Penghalang Kesepakatan JCPOA
Wakil Tetap Rusia untuk Organisasi Internasional di Wina Mikhail Ulyanov/Net
rmol news logo Mungkin, masih ada waktu untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir Iran 2015.  Wakil Tetap Rusia untuk Organisasi Internasional di Wina Mikhail Ulyanov mengatakan, hanya beberapa langkah lagi sebenarnya menuju ke kesepakatan.

Ia mengakui banyak yang harus dibenahi oleh beberapa negara yang terkait dengan kesepakatan nuklir.

Setelah negosiasi selama setahun untuk menghidupkan kembali kesepakatan Nuklir 2015, akhirnya pembicaraan berhenti di Wina. Ini menjadi jelas bahwa Iran dan Amerika Serikat memiliki perbedaan signifikan mengenai sanksi apa yang akan dihapus setelah kesepakatan ditandatangani.

"Tinggal selangkah lagi sebenarnya, dan jika terlihat ada perkembangan yang positif, bukan tidak mungkin kesepakatan akhir tentang pemulihan Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA) dapat segera dicapai setidaknya pada pekan depan," kata Ulyanov.

Ia kemudian menekankan bahwa Rusia tidak pernah menghalangi dan tidak bermaksud menghalangi pemulihan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) pada program nuklir Iran.

"Rusia tidak pernah dan tidak akan menjadi penghalang dalam perjalanan menuju pemulihan JCPOA," cuit utusan itu, seperti dikutip dari TASS.

Sebelumnya, Ulyanov mengatakan bahwa teks dokumen kesepakatan nuklir Iran secara praktis telah dikoordinasikan sepenuhnya.

Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian mengatakan pada Senin (15/8) bahwa Teheran akan memberikan tanggapan tertulis kepada kepala negosiator Uni Eropa Enrique Mora.

JCPOA ditandatangani antara Iran, lima anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (Rusia, Inggris, China, Amerika Serikat dan Prancis) dan Jerman pada 2015. Kesepakatan itu bertujuan untuk mengatasi krisis mengenai program nuklir Teheran.

Pada 2018, Presiden AS saat itu Donald Trump mengumumkan penarikan Washington dari kesepakatan nuklir Iran.

Setelah itu, Amerika Serikat melancarkan kampanye untuk memberikan tekanan maksimum pada Teheran, yang sebenarnya ditujukan untuk mencekik ekonomi Iran. Presiden petahana AS Joe Biden telah berulang kali mengisyaratkan kesiapannya untuk membawa AS kembali ke kesepakatan nuklir Iran.

Grup Five Plus One (Rusia, Inggris Raya, Jerman, Cina, Amerika Serikat, dan Prancis) telah mengadakan negosiasi dengan Iran untuk memulai kembali kesepakatan nuklir Iran dalam bentuk aslinya sejak April tahun lalu di Wina. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA