Minggu imi, Finlandia menjadi negara berikutnya di Baltik yang mengeluarkan pembatasan visa untuk warga Rusia.
Keputusan itu membuat Moskow meradang. Wakil Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Ivan Nechayev mengecam keputusan tersebut dalam pengarahannya pada Kamis (18/8), menyebutnya sebagai diskriminasi bermotif politik.
"Keputusan Finlandia untuk membatasi warga Rusia untuk visa ke Finlandia, menggambarkan perang salib Russophobic lain di beberapa negara Uni Eropa, yang diprakarsai oleh Negara-negara Baltik," kata Nechayev, seperti dikutip dari
TASS.
“Kementerian Luar Negeri Rusia telah berulang kali memberikan penilaiannya atas keputusan semacam itu, yang menggambarkan diskriminasi bermotivasi politik terhadap Rusia atas dasar etnis. Kami juga memperhatikan fakta bahwa tindakan semacam itu mengkonfirmasi bahwa Finlandia dan seluruh Uni Eropa mengabaikan komitmen internasional,†tambahnya.
Pekan lalu, Finlandia, negara yang berbagi perbatasan sepanjang 830 mil dengan Rusia, mengumumkan bahwa mereka akan mengurangi separuh jumlah aplikasi visa dari warga Rusia.
Saat ini, 1.000 orang Rusia dapat mengajukan permohonan visa Finlandia setiap hari. Namun, mulai 1 September mendatang, jumlah itu akan turun menjadi 500.
Jussi Tanner, direktur jenderal untuk layanan konsuler di Kementerian Luar Negeri Finlandia, mengatakan kepada CNN bahwa maksimal 20 persen dari slot tersebut akan dialokasikan untuk visa turis, artinya tidak lebih dari 100 visa turis akan tersedia per hari.
Keputusan Finlandia menyusul pengumuman yang dikeluarkan Estonia, negara Uni Eropa yang juga berbatasan dengan Rusia.
Estonia bahkan melarang orang Rusia yang sudah memiliki visa untuk memasuki negara itu, yang dikaitkan dengan sanksi UE atas invasi Rusia ke Ukraina.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: