Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pakar: Sangat Pro Kyiv, Turki Tidak Bisa Benar-benar Menjadi Mediator Konflik Rusia-Ukraina

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 20 Agustus 2022, 09:59 WIB
Pakar: Sangat Pro Kyiv, Turki Tidak Bisa Benar-benar Menjadi Mediator Konflik Rusia-Ukraina
Pertemuan Presiden Recep Tayyib Erdogan dengan Presiden Volodymyr Zelensky di Lviv/Net
rmol news logo Turki dalam beberapa kesempatan berulangkali menegaskan komitmennya untuk menjadi mediator dalam konflik Ukraina. Terdengarnya baik, tetapi tentu ada alasan di balik itu semua.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Direktur Jenderal Dewan Urusan Internasional Rusia, Andrey Kortunov, mengatakan kepada TASS dalam sebuah wawancara di Jumat (19/8) bahwa Turki terlihat sangat ambisius mengejar perannya untuk menjadi penengah dalam perang Ukraina-Rusia. Namun, bagaimana pun Turki tidak bisa menyembunyikan prinsip pro Ukrainanya.

Menyoroti kunjungan Presiden Recep Tayyib Erdogan ke Lviv dan Odessa, serta kesepakatan bersama Ankara-Kyiv, Kortunov memandang bahwa cukup meragukan untuk Turki bisa benar-benar menjalankan perannya itu.

Erdogan mungkin berhasil menyatukan Ukraina dan Rusia dalam kesepakatan gandum, tetapi belum tentu bisa benar-benar berhasil menjadi penengah konflik.

“Erdogan sedang  membangun dari keberhasilan yang telah dicapainya mengenai ekspor gandum Ukraina. Diplomasi Turki memainkan peran penting dalam hal ini. Saya pikir, Erdogan ingin melampaui ini..., dia ingin mengambil keuntungan dari keberhasilan itu untuk mencapai keberhasilan lainnya," kata Kortunov.

Ia juga mengomentari rencana Turki untuk menjadi tuan rumah dalam pertemuan puncak Rusia-Ukraina dan mencapai penyelesaian politik. Menurutnya, rencana itu sangat tidak realistis.

“Berbicara tentang konflik Rusia-Ukraina, akan sulit bagi Turki untuk memainkan peran sebagai perantara yang objektif dan tidak memihak. Posisi Turki dirumuskan dengan cukup jelas: mereka pro-Ukraina, dan sejak 2014 sudah seperti itu," kata Kortunov.

Ia memandang, sulit untuk mengharapkan bahwa Erdogan akan memiliki jarak yang sama dalam kaitannya dengan Putin dan Zelensky.

"Istanbul bisa menjadi tempat yang cukup nyaman untuk negosiasi. Tapi saya tidak yakin Turki akan mampu memainkan peran seperti yang dijanjikan Presiden Erdogan," urai Kortunov.

Sejauh ini, Ankara adalah teman bagi Moskow dan Kyiv. Putin pernah menyampaikan bahwa Erdogan adalah mitra yang dapat diandalkan yang memenuhi kewajiban yang dia emban.

“Tetapi pada saat yang sama, orang tidak boleh lupa bahwa antara Moskow dan Ankara tidak hanya ada titik kesepakatan, tetapi juga ada kepentingan yang berbeda,” katanya.

Di Lviv, Turki menjanjikan akan memfasilitasi pemulihan infrastruktur Ukraina yang rusak karena serangan Rusia. Kortunov memahami, proyek itu adalah bagian dari upaya Turki untuk memajukan konstruksinya sendiri.

"Pertanyaannya adalah kapan benar-benar mungkin untuk melakukan ini dan siapa yang akan membayarnya? Jelas bahwa peluang Ukraina akan sangat terbatas, sementara sumber daya keuangan yang dibutuhkan akan signifikan," papar Kortunov, menambahkan bahwa Turki sendiri tidak akan mempu menyediakan sumber dana itu.

"Rupanya, beberapa subsidi tambahan (untuk pemulihan infrastruktur Ukraina) harus diminta dari Uni Eropa. Dan industri bangunan Turki akan menggunakan uang itu," tutup Kortunov. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA