Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Krisis Energi Menggentayangi Musim Dingin, Swiss Terancam Hadapi Pemberontakan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Senin, 22 Agustus 2022, 11:52 WIB
Krisis Energi Menggentayangi Musim Dingin, Swiss Terancam Hadapi Pemberontakan
Swiss/Net
rmol news logo Krisis energi menjelang musim dingin telah meningkatkan kekhawatiran pihak berwenang Swiss terkait kemungkinan pecahnya kerusuhan, penjarahan, hingga pemberontakan.

Kekhawatiran itu diungkap oleh kepala kepolisian Swiss, Fredy Fassler kepada surat kabar lokal Blick pada Sabtu (20/8). Ia mengatakan, krisis energi akan memicu pemadaman listrik pada musim dingin dan itu bisa memiliki konsekuensi yang serius.

"Bayangkan situasinya ketika kita tidak bisa lagi menarik uang dari ATM. Kita tidak bisa lagi membayar dengan kartu di toko atau mengisi bahan bakar di pom bensin. Pemanas tidak lagi bekerja. Jalan-jalan semuanya gelap. Dalam hal ini, mungkin bisa dibayangkan penduduk akan memberontak," ujarnya.

Fassler mengatakan tidak ada orang yang berharap situasi tersebut akan terjadi. Kendati begitu, ia memperingatkan pihak berwenang untuk bersiap menghadapi skenario terburuk.

"Swiss secara aktif mempersiapkan ancaman kekurangan listrik di musim dingin. Pasokan energi menjadi pusat perhatian," tambahnya.

Pada Rabu (17/8), Dewan Federal Swiss memutuskan operator pembangkit listrik dapat menegosiasikan kontrak untuk penggunaan pembangkit listrik cadangan jika terjadi kekurangan listrik musim dingin ini.

Pihak berwenang Swiss juga telah memperingatkan bahwa untuk pertama kalinya mereka mungkin akan memberlakukan pembatasan konsumsi energi di musim dingin mendatang jika terjadi kekurangan listrik atau gas.

Kepala Komisi Listrik Federal Swiss ElCom, Werner Luginbuhl, telah mendesak warga untuk membeli lilin dan kayu bakar karena kemungkinan pemadaman listrik di negara itu pada musim dingin mendatang.

Sejak 2021, harga energi di Eropa telah meningkat pesat mengikuti tren global. Namun setelah Rusia melancarkan invasi ke Ukraina, pasokan energi memburuk secara signifikan, mendorong negara-negara Eropa untuk mencari alternatif pasokan energi Rusia. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA