Dua capres paling sengit dan memiliki jajak pendapat terbanyak yakni presiden sayap kanan petahana, Jair Bolsonaro, dan mantan presiden sayap kiri, Luiz Inacio Lula da Silva, akhirnya berhadapan secara langsung dan saling melancarkan kritik.
Selama debat berlangsung, Bolsonaro menyerang Lula dengan menyebut dirinya sebagai pemimpin paling korup di Brasil berdasarkan skandal kontrak dengan perusahaan minyak milik negara Petrobras.
"Mengapa Anda ingin kembali berkuasa? Untuk terus melakukan hal yang sama di Petrobras?" sindir Bolsonaro kepada Lula dalam debat di antara enam capres yang disiarkan di
Band TV.
Sementara itu, Lula menjawab bahwa ia adalah kandidat terdepan dalam pemilihan presiden dari 2003 hingga 2010. Popularitasnya juga dikenal karena telah berhasil mengurangi angka kemiskinan di Brasil.
"Negara yang saya tinggalkan adalah negara yang dirindukan orang. Ini adalah negara dengan orang yang memiliki hak untuk hidup bermartabat dengan kepala tegak. Dan ini adalah negara yang sedang dihancurkan oleh presiden saat ini," ujar Lula melawan balik.
Bolsonaro telah banyak dikritik masyarakat luas karena penanganannya yang buruk terhadap krisis Covid-19 dan serangan pada sistem pemungutan suara Brasil.
Sementara Lula, meskipun telah meninggalkan jabatan dengan rekor popularitas ekonomi yang tinggi, tetapi dirinya pernah dihukum selama 19 bulan penjara karena kasus suap tahun 2017.
Kritik paling keras datang dari capres partai Gerakan Demokratik, Senator Simone Tebet yang dengan keras menyatakan presiden saat ini telah mengancam demokrasi dan sangat perlu diganti.
Tebet juga menuduh Bolsonaro menunda pembelian vaksin dan menyebarkan berita palsu tentang Covid-19. Ia mengaku bahwa dirinya telah diintimidasi oleh beberapa menteri presiden selama penyelidikan Senat pada penanganan Covid-19 pemerintah.
Bolsonaro membantah dia menentang hak-hak wanita dan mengatakan wanita Brasil mencintainya karena dia membela keluarga dan menentang legalisasi narkoba.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: