Hal itu terjadi setelah Al Sadr menyerukan agar para pengikutnya segera menarik diri, mengakhiri kekerasan yang telah menewaskan sedikitnya 30 orang.
Al Sadr, yang memiliki jutaan pengikut, memberi para pendukungnya waktu 60 menit untuk meninggalkan ibukota jika tidak, dia akan menjauhkan diri dari mereka setelah bentrokan mematikan yang mencengkeram negara itu.
"Menumpahkan darah Irak dilarang," kata Al Sadr dalam konferensi pers yang disiarkan secara nasional, seperti dikutip dari
AFP.Ulama itu meminta ketenangan seraya mengatakan bahwa dirinya kecewa dan sedih dengan apa yang terjadi di negara itu.
“Saya mengharapkan protes damai tetapi yang terjadi bukan protes. Ini bukan cara untuk mengakhiri kecurangan," katanya.
Seruan Al Sadr untuk mengakhiri kekerasan yang terlihat di Baghdad dan kegubernuran lainnya mendapat pujian dari Perdana Menteri Mustafa Al Kadhimi.
Menyusul pernyataan Al Sadr, tentara segera mengumumkan bahwa jam malam nasional, yang diberlakukan sejak Senin malam resmi dicabut.
Kerusuhan di Baghdad terjadi setelah Al Sadr mengumumkan dia berhenti dari kehidupan politik. Para pendukungnya kemudian menyerbu istana pemerintah pada hari Senin dan bertempur dengan kelompok-kelompok saingan.
Laporan menyebutkan bahwa mereka juga sempat mengepung kilang Basrah, yang memproduksi 210.000 barel minyak per hari.
Sedikitnya 30 orang dipastikan tewas setelah ditembak di Zona Hijau Baghdad, menurut jumlah korban tewas terbaru dari
AFP.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: