Pengaruh China yang berlebih di Irak, melalui kebijakan ekonominya dikhawatirkan mendorong pengambilalihan kontrol penuh Beijing pada minyak Baghdad.
Seperti dimuat
ANI News pada Minggu (11/9), sejauh ini banyak cara yang telah China lakukan untuk mengambil alih dominasi minyak Irak. Namun, setiap upaya yang dilancarkan selalu digagalkan oleh Kementerian Perminyakan Irak.
Irak dan China telah menandatangani perjanjian ekonomi untuk mendanai proyek infrastruktur besarnya sejak tahun 2019 dengan imbalan ekspor minyak ke Beijing.
Perjanjian tersebut digunakan China sebagai celah untuk memasuki politik timur tengah, tempat di mana negara komunis itu menggantungkan pasokan minyak terbesarnya.
Menurut laporan
Al Arabiya, ada indikasi bahwa pinjaman kredit China ke Irak dalam jangka 20 tahun itu mencapai Rp 148 triliun dan pihak Beijing meminta pengembalian berupa pengiriman 100 ribu barel minyak ke negaranya.
Kesepakatan itu datang pada saat Irak terdesak setelah menghadapi protes besar-besaran menuntut reformasi dan hukuman bagi tindak korupsi yang dilakukan pemerintah.
Beberapa warga Irak sangat menyayangkan adanya perjanjian yang mungkin saja akan merugikan Irak dan merupakan strategi China untuk mendominasi wilayah mereka.
Menurut
The Washington Post, Beijing selalu menggunakan taktik licik untuk menjebak negara-negara berkembang dan kemudian melumpuhkan mereka secara ekonomi. Saat ini China tengah memainkan taktik yang sama dalam upaya menguasai negara Asia Barat itu.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: