Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pada Selasa (13/9) bahwa pihaknya telah menengahi gencatan senjata dan mengharapkan kedua belah pihak untuk menghormati perjanjian tersebut.
“Kami menyatakan keprihatinan kami yang ekstrem atas situasi yang semakin memburuk di daerah perbatasan Armenia-Azerbaijan,†kata kementerian dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari
The National, Rabu (14/9).
“Kami meminta pihak-pihak untuk menahan diri dari eskalasi situasi lebih lanjut, menahan diri dan secara ketat mengamati gencatan senjata," katanya.
Seruan serupa juga datang dari Iran.
"Teheran menyerukan penahanan dan penyelesaian damai perselisihan antara kedua negara, dan menyatakan keprihatinannya atas meningkatnya ketegangan,†kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Nasser Kanaani.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga menyatakan keprihatinan mendalam atas eskalasi dan menyerukan penghentian segera permusuhan.
"Blinken berbicara semalam dengan (Ilham) Aliyev untuk mengungkapkan keprihatinan mendalam atas aksi militer di sepanjang perbatasan Armenia-Azerbaijan, termasuk penembakan di Armenia," kata Departemen Luar Negeri AS.
"Dalam panggilan lain dengan perdana menteri Armenia, dia menekankan perlunya pelepasan pasukan militer dan meyakinkan Perdana Menteri Pashinyan bahwa Amerika Serikat akan mendorong penghentian segera pertempuran dan penyelesaian damai antara Armenia dan Azerbaijan," lanjut pernyataan itu.
Ketegangan antara Armenia dan Azerbaijan sebagian besar berasal dari perselisihan selama beberapa dekade atas Nagorno-Karabakh, yang terletak di dalam Azerbaijan tetapi sebagian besar dihuni oleh etnis Armenia.
Permusuhan meletus pada Selasa dini hari (13/9) ketika pasukan Azerbaijan melepaskan serangan lintas perbatasan menggunakan artileri, mortir, drone dan senapan kaliber besar. Laporan menyebutkan, setidaknya 49 tentara Armenia dan 50 tentara Azerbaijan tewas.
Kementerian Pertahanan Armenia mengatakan serangan itu menargetkan infrastruktur militer dan sipil di dan sekitar beberapa kota dan desa, termasuk Vardenis, Sotk, Artanish, Ishkhanasar, Goris, Jermuk dan Kapan.
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengaitkan insiden itu dengan perselisihan yang telah berlangsung selama beberapa dekade mengenai status Nagorno-Karabakh.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: