Seperti dimuat
Anadolu Agency pada Minggu (18/9), Kulubaev memberi tahu Guterres terkait seluruh kerugian serta korban yang dialami negaranya akibat konflik tersebut.
Di antaranya ialah korban tewas dan luka-luka yang dialami penduduk sipil serta pengungsi internal, penghancuran berbagai fasilitas infrastruktur sosial dan sipil, termasuk sekolah dan bangunan tempat tinggal, serta penjarahan properti milik warga Kirgistan.
Lebih lanjut ia juga mengatakan kepada Guterres tentang upaya politik dan diplomatik yang akan ia lakukan pada tingkat yang berbeda untuk mengurangi ketegangan.
Menanggapi hal tersebut, Gutteres memberikan nasihat perlunya mencegah ketegangan dalam menghadapi konflik lebih lanjut. Ia juga menekankan pentingnya menyelesaikan masalah ini melalui dialog damai yang konstruktif antara kedua belah pihak.
Melalui telepon tersebut, Sekjen PBB berencana untuk bertemu dengan Presiden Kirgistan Sadyr Zhaparov di New York pada 20 September mendatang.
Konflik perbatasan antara Kirgistan dan Tajikistan terjadi pada 14 September lalu. Konflik bersenjata tersebut kemudian memuncak dan berlangsung selama 10 jam, yang menewaskan 24 orang Kirgistan dan 129 lainnya terluka dalam pertempuran itu.
Pihak Tajik disebut telah merebut perbatasan desa Kirgistan dari pemukiman Kulundu, Maksat dan Jani-Jer dengan menggunakan tembakan, senjata serta peralatan canggih yang digunakan dalam konflik tersebut.
Kirgistan lantas mengumumkan keadaan darurat di wilayah Batken, tempat terjadinya lokasi bentrok dengan penjaga perbatasan Tajikistan. Sekitar 136 ribu penduduk dari desa Kirgistan dekat Tajikistan telah dievakuasi ke tempat yang aman.
Kedua negara memutuskan untuk membentuk komisi untuk menyelesaikan sengketa perbatasan tersebut, akan tetapi pelanggaran gencatan senjata kerap kali masih dilakukan di area perbatasan.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: