Menyikapi peristiwa itu, Presiden Kirgistan Sadyr Japarov pada Minggu (18/9) menandatangani dekrit yang menyatakan 19 September sebagai hari berkabung nasional.
Kementerian Kesehatan Kirgistan mengumumkan bahwa jumlah korban tewas dari bentrokan perbatasan mencapai 46, dengan 129 lainnya terluka.
"Di antara yang tewas, 34 dilaporkan dari pihak Kirgistan, sedangkan 12 sisanya berasal dari pihak Tajik," kata Kementerian Darurat Kirgistan, seperti dikutip dari
AFP, Senin (19/9).
Kirgistan mengatakan hampir 136.000 penduduk dievakuasi dari desa-desa dekat Tajikistan, sementara Kementerian Luar Negeri Tajikistan mengatakan 25 warga sipil, termasuk anak-anak, tewas pada Jumat ketika pihak Kirgistan menargetkan desa-desa Tajikistan.
Kementerian Luar Negeri Kirgistan juga mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka menganggap bentrokan perbatasan di wilayahnya sebagai tindakan agresi bersenjata yang sebelumnya sudah direncanakan oleh Tajikistan.
Sebaliknya, Tajikistan menganggap pihak Kirgistan bertanggung jawab atas bentrokan tersebut.
"Mereka memulai tindakan agresif terhadap integritas teritorial dan tidak dapat diganggu gugatnya perbatasan negara bagian Tajikistan dengan menggunakan semua jenis senjata api," kata Kirgistan dalam sebuah pernyataan.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: