Mengutip laporan warga setempat,
RFA melaporkan, 19 pria dan 12 wanita Rohingya ditangkap oleh pasukan junta pada Minggu (18/9), bersama dengan seorang anak di bawah usia 18 tahun serta lima awak kapal kecil.
Kemudian mereka semua dikirim ke Penjara Pathein pada Senin pagi (19/9) waktu setempat.
“Mereka berasal dari Negara Bagian Rakhine, yang datang dengan perahu, dan pengemudi perahu dibayar untuk mengangkutnya. Banyak orang yang masuk ke wilayah Ayeyarwady dan sering ditangkap,†ujar penduduk.
Wilayah Ayeyarwady yang terletak tepat di selatan Negara Bagian Rakhine, dan menjadi salah satu tempat terdekat bagi orang Rohingya untuk mengungsi.
Meningkatnya pertempuran antara Tentara Arakan (AA) dan pasukan dewan militer di daerah tersebut menjadi penyebab banyaknya orang Rohingnya yang melarikan diri.
Selain itu, kelaparan, diskriminasi, dan pengangguran juga menjadi faktor orang Rohingya lari untuk menyelamatkan diri dari keadaan yang cukup kacau di wilayahnya.
Hal serupa juga terjadi pada 7 dan 9 September kemarin. Sebanyak 58 orang Rohingya dijatuhi hukuman dua tahun penjara di pengadilan kotapraja Bogale, setelah ditangkap pada 29 Agustus lalu ketika mereka mencoba memasuki wilayah yang sama, yaitu Ayeyarwady.
Data dari
RFA menunjukkan, sejak 2021 lalu hingga 6 September 2022 telah tercatat sekitar 800 orang Rohingya mencoba meninggalkan Negara Bagian Rakhine melalui jalur darat atau air yang ditangkap di berbagai bagian di Myanmar. Sekitar 125 ribu orang saat ini telah dikurung di kamp-kamp Negara Bagian Rakhine.
Tindakan keras militer terhadap Rohingya yang dimulai pada lima tahun lalu juga telah menyebabkan lebih dari 740 ribu orang Rohingya melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: