Setelah kebocoran pipa Nord Stream 1 yang pertama kali terdeteksi di dekat zona ekonomi ekslusif Denmark, Perdana Menteri Mette Frederiksen pada Selasa (27/9) menyebut jika insiden itu tidak mungkin suatu kecelakaan, tetapi jelas-jelas disengaja.
"Sekarang penilaian jelas oleh pihak berwenang bahwa ini adalah tindakan yang disengaja. Itu bukan kecelakaan," ujarnya saat konferensi pers di Kopenhagen, seperti dimuat Reuters.
Lebih lanjut, PM Denmark menyatakan jika pihaknya tidak melihat insiden itu sebagai ancaman militer langsung terhadap Denmark. Hingga kini belum ada informasi lebih jauh terkait siapa tersangka yang mungkin berada di balik tindakan sabotase tersebut.
Menteri Energi Denmark Dan Jorgensen, dalam konferensi pers yang sama, juga menilai bahwa kerusakan pada pipa disebabkan oleh sebuah ledakan yang disengaja.
"Besarnya lubang di pipa menunjukkan bahwa kebocoran tersebut tidak mungkin disebabkan oleh kecelakaan seperti tertabrak jangkar. Pipa yang rusak berada pada kedalaman 70-90 meter di bawah permukaan laut," jelasnya.
Sementara itu, pihak Swedia yang zona ekonomi ekslusifnya berada dekat dengan kebocoran gas Nord Stream 2, memiliki dugaan yang sama dan kini tengah berkoordinasi dengan mitra NATO seperti Denmark dan Jerman untuk menyelidiki perkembangan kasus tersebut.
"Kami memiliki badan intelijen Swedia, tetapi kami juga telah menerima informasi dari Denmark dan Jerman. Kami menyimpulkan bahwa ini mungkin tindakan yang disengaja. Ini mungkin sabotase," kata Perdana Menteri Swedia Magdalena Andersson.
Saat ini, Eropa sedang menyelidiki kebocoran besar di dua pipa gas Rusia pada Senin (27/9). Nord Stream 1 dan 2 merupakan proyek pipa gas Moskow yang bertujuan untuk mengalirkan gas ke Laut Baltik dekat Swedia dan Denmark.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: