Proyek pelabuhan bernilai 6 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 91 triliun itu diberitakan telah terhenti di tengah jalan karena China.
Sejak rezim Omar al-Bashir diganti, Sudan mulai menyambut baik investasi asing yang membuat ekonominya mulai tumbuh. Salah satu investasi berasal dari UEA untuk membangun pelabuhan Abu Hamama yang terletak sekitar 200 kilometer sebelah utara Pelabuhan Sudan.
Megaproyek itu termasuk pembangunan jalur perdagangan bebas, zona industri, hingga bandara internasional kecil. Dengan adanya proyek ini diharapkan dapat membuka lebih banyak lapangan kerja dan mendorong sektor pariwisata.
Namun rencana tersebut terancam gagal dengan adanya pengaruh China. Dimuat
ANI News, China telah memaksa pemerintah Sudan untuk menjauh dari kesepakatan dengan UEA.
“Beijing tahu betul bagaimana mengeksploitasi dan menembus jaringan politik-ekonomi-militer kawasan Afrika dari sudut pandang strategis. Ini terbukti dari investasinya yang telah dilakukan di Afrika," tulis laporan dari
Financial Post.
Laporan tersebut mengatakan, China telah mengikat negara-negara Afrika dengan jeratan utangnya. Sehingga Beijing bisa masuk dan membuat pangkalan militer. Hal tersebut terbukti lewat proyek di Djibouti yang berada di tanduk Afrika.
Setelah itu, China juga dapat memonopoli pasar di kawasan Afrika dengan ambisi Belt and Road Initiatives (BRI).
China telah menjerumuskan negara-negara miskin dan berkonflik ke perangkap utang agar lebih mudah melakukan eksploitasi, memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah.
Saat ini, Sudan terjerat jebakan utang tersebut dengan memiliki utang sebesar 20 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 305 triliun pada Beijing. Dengan menggunakan pengaruh ini, China berencana untuk mencegah Sudan melanjutkan proyek pelabuhan.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: