Kementerian Intelijen Iran mengatakan pada Jumat (30/9) bahwa mereka yang ditangkap termasuk warga negara Jerman, Polandia, Italia, Prancis, Belanda dan Swedia.
Iran telah mengklaim bahwa protes yang berlangsung selama dua pekan terakhir dihasut oleh orang asing.
Para pengunjuk rasa telah membantah klaim tersebut, menggambarkan tindakan mereka sebagai pemberontakan spontan terhadap aturan berpakaian ketat negara itu, termasuk jilbab wajib bagi perempuan di depan umum.
IRNA melaporkan dengan mengutip Amnesty Internasional, penangkapan itu terjadi ketika dokumen pemerintah yang bocor menunjukkan bahwa Iran memerintahkan pasukan keamanan agar menghadapi demonstrasi anti-pemerintah yang pecah awal bulan ini.
Kelompok hak asasi yang berbasis di London mengatakan pasukan keamanan telah menewaskan sedikitnya 52 orang sejak protes atas kematian Amini dimulai hampir dua minggu lalu, termasuk dengan menembakkan peluru tajam ke kerumunan dan memukuli pengunjuk rasa dengan tongkat.
Dikatakan pasukan keamanan juga telah memukuli dan meraba-raba pengunjuk rasa wanita yang melepas jilbab mereka untuk memprotes perlakuan mereka oleh teokrasi Iran.
Kematian Amini , yang meninggal setelah ditahan karena tidak menggunakan jilbabnya dengan benar, telah memicu curahan kemarahan kepada ulama yang berkuasa di Iran.
Keluarganya mengatakan mereka diberitahu bahwa dia dipukuli sampai mati dalam tahanan.
Polisi membantah dengan mengatakan Amini yang berusia 22 tahun meninggal karena serangan jantung dan menyangkal telah memperlakukannya dengan buruk.
Para pejabat Iran mengatakan aparat masih terus menyelidiki kematian Amini.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: