Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Di Tengah Kekurangan Pasokan Air Bersih dan Bahan Bakar, Haiti Kembali Diserang Wabah Kolera

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/alifia-dwi-ramandhita-1'>ALIFIA DWI RAMANDHITA</a>
LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA
  • Senin, 03 Oktober 2022, 12:19 WIB
Di Tengah Kekurangan Pasokan Air Bersih dan Bahan Bakar, Haiti Kembali Diserang Wabah Kolera
Ilustrasi/Net
rmol news logo Haiti kembali dilanda wabah kolera setelah negara itu hampir lumpuh akibat kekurangan pasokan air bersih dan bahan bakar yang dibarengi dengan protes besar dan kejahatan geng yang merebak.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Pemerintah Haiti pada Minggu (2/10) mengumumkan kematian delapan orang warga akibat terinfeksi kolera. Kasus ini merupakan kematian kolera pertama yang dilaporkan setelah lama tidak terlihat dalam tiga tahun berturut-turut.

Kolera terdeteksi pertama kali di daerah kumuh tepi pantai selatan Port-au-Prince, di mana ribuan orang di sana tinggal dalam kondisi sempit, tidak layak dan kurang sehat. Munculnya wabah ini memicu kembali kekhawatiran ingatan pada satu dekade lalu tentang epidemi yang menewaskan hampir 10 ribu orang.

“Kolera adalah sesuatu yang dapat menyebar dengan sangat, sangat cepat,” ucap Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Haiti Laure Adrien, yang dimuat South Central Florida.

Saat ini PBB bersama dengan pemerintah Haiti sedang bekerja untuk melakukan tanggap darurat terhadap potensi wabah ini. Mereka menekankan bahwa tim kesehatan perlu jaminan akses yang aman dari kejahatan geng untuk memasuki daerah-daerah tempat kasus kolera dilaporkan.

Kematian itu terjadi karena kekurangan bahan bakar dan protes yang sedang berlangsung, yang telah menutup ketersediaan layanan dasar di seluruh Haiti. Hal dasar tersebut termasuk perawatan medis dan air bersih, yang merupakan kunci penting bagi Haiti dalam memerangi wabah kolera dan menjaga pasien agar tetap hidup.

Makanan atau air yang telah terkontaminasi bakteri kolera dapat menyebabkan diare yang parah hingga dehidrasi yang mematikan.  Warga Haiti diketahui sejauh ini jarang menggunakan air bersih, mereka lebih sering mencampurkan air dengan Clorox, yang membuat wabah kolera diperkirakan akan melonjak di negara ini.

Sementara itu, geng paling kuat Haiti terus mengontrol pintu masuk ke terminal bahan bakar utama di ibu kota Port-au-Prince. Ketiadaan bahan bakar dan meningkatnya jumlah pemblokiran jalan telah mencegah truk air mengunjungi lingkungan untuk memasok air minum.

Hal ini juga telah mendorong beberapa perusahaan air untuk menutup sementara operasinya. Seperti Perusahaan Pembotolan Karibia yang mengatakan tidak dapat lagi memproduksi atau mendistribusikan lagi air minum karena cadangan dieselnya benar-benar habis.

Dirjen Kementerian Kesehatan mengaku kedua masalah tersebut dapat menghambat penanganan kolera. Sebab semua yang meninggal tidak dapat mencapai rumah sakit dengan tepat waktu karena pemblokiran jalan.

Adrien mengatakan, pejabat kesehatan telah berusaha mengunjungi tempat di mana kolera telah dilaporkan, akan tetapi para agensinya juga terpengaruh oleh kekurangan bahan bakar. Mereka telah meminta orang-orang yang memblokir terminal gas dan mengorganisir protes untuk membuka pemblokirannya serta memiliki hati nurani bagi pemerintah untuk menangani virus ini.

Di samping itu, Menteri Kesehatan Haiti Alex Larsen juga telah menghimbau kepada seluruh masyarakat Haiti. Larsen mengatakan bahwa masyarakat memang memiliki hak untuk berdemonstrasi, akan tetapi ia meminta penduduk setempat untuk mengizinkan pasokan air minum masuk ke lingkungan yang telah terputus oleh penghalang jalan dan protes. Agar kolera tidak lagi merebak di wilayah tersebut. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA