Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pakar: Ekonomi Rusia Anjlok Setelah Putin Gencar Dorong Mobilisasi Militer Besar-besaran

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/hani-fatunnisa-1'>HANI FATUNNISA</a>
LAPORAN: HANI FATUNNISA
  • Senin, 03 Oktober 2022, 14:21 WIB
Pakar: Ekonomi Rusia Anjlok Setelah Putin Gencar Dorong Mobilisasi Militer Besar-besaran
Presiden Rusia Vladimir Putin/Net
rmol news logo Mobilisasi besar-besaran yang sedang gencar-gencarnya dilakukan untuk memenangkan perang, nyatanya juga berdampak pada ekonomi nasional Rusia yang kian merosot sejak invasi dimuai.

Menurut Wakil Sekretaris Jenderal, Pusat Studi Shanghai Cooperation Organization (SCO), Xiao Bin, seiring dengan tingginya ambisi Presiden Rusia Vladimir Putin pada perang, pengeluaran militer khususnya pasca mobilisasi terus mengalami peningkatan dibandingan dengan pengeluaran untuk bidang lainnya.

"Berdasarkan rancangan anggaran federal Rusia pada September, pengeluaran pertahanan Rusia akan meningkat dari tahun ke tahun masing-masing sebesar 14,9, 14,5 dan 15,3 persen, dari 2022 hingga 2024. Sementara pengeluaran untuk bidang lain termasuk budaya, pendidikan, dan perlindungan lingkungan hampir tidak akan meningkat sama sekali," jelasnya seperti dimuat China US Focus.

Menurut Bin, meskipun guncangan pada sektor energi tidak terlalu parah, namun Rusia akan sulit memenuhi kebutuhan energinya di tengah banyaknya pengeluaran militer setelah mobilisasi dan sanksi-sanksi yang diberlakukan Barat.
 
Sementara itu, Bin menyebut bahwa PDB Rusia telah menyusut sekitar 5 persen dari tahun 2021, dan diperkirakan akan semakin cepat menyusut setiap bulan sejak dimulainya perang pada Februari lalu.

Wadirjen Studi SCO itu mengatakan, ketika biaya perang melambung tinggi, kesejahteraan sosial masyarakat yang akan terkena imbasnya.

"Tanpa peningkatan pendapatan yang layak, akan sulit bagi pemerintah Rusia untuk mempertahankan tingkat tunjangan kesejahteraan sosial saat ini," katanya.

Mengutip data Biro Statistik Federal Rusia  bulan lalu, Bin menjelaskan bahwa pada kuartal kedua tahun ini, 14,3 juta orang atau 9,9 persen warga Rusia hidup di bawah garis kemiskinan dengan pengeluaran sosial agregat selama periode yang sama sekitar Rp 1.039 triliun.

Lebih lanjut, Bin menyarankan agar pemerintah Rusia dapat mengambil langkah ekonomi pragmatis. Karena kegagalan impornya akibat perang kini telah membuat Rubel terterdepresiasi, setelah sebelumnya negara itu membanggakan mata uangnya yg stabil di tengah perang.

Perintah untuk mobilisasi parsial telah memberikan pukulan besar terhadap stabilitas sosial dan ekonomi warga.  Puluhan ribu orang yang tak tahan, memilih untuk melarikan diri dari Rusia menuju negara tetangga di Kirgistan dan Kazakhstan. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA