Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Indonesia Gelar Forum P20, Bahas Kerjasama Multilateral Hadapi Krisis Ekonomi dan Perubahan Iklim

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/hani-fatunnisa-1'>HANI FATUNNISA</a>
LAPORAN: HANI FATUNNISA
  • Rabu, 05 Oktober 2022, 18:51 WIB
Indonesia Gelar Forum P20, Bahas Kerjasama Multilateral Hadapi Krisis Ekonomi dan Perubahan Iklim
Parliamentary Forum in the Context of the G20 Parliamentary Speakers Summit, di Jakarta pada Rabu (5/10)/Repro
rmol news logo Dalam rangka mendukung penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi Parlemen anggota G20 (P20), DPR RI mengadakan forum pertemuan yang menghadirkan para pembicara P-20 di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (5/10).

Pertemuan yang diberi nama "Parliamentary Forum in the Context of the G20 Parliamentary Speakers Summit" merupakan rangkaian kegiatan The 8th G20 Parliamentary Speakers Summit (P20) yang akan secara resmi dibuka pada besok, Kamis (6/10).

Acara dimulai pukul 14.00 WIB, dibuka dengan sambutan dari dua perwakilan aktivis lingkungan, yakni aktivis muda Indonesia, Aeshnina Azzahra Aqilani dan Ketua Yayasan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA), Farwiza Farhan.

Aeshnina yang baru berusia 15 tahun memperoleh kesempatan menjadi yang pertama menyampaikan pandanganya. Ia meminta partisipasi forum untuk mulai mengurangi sampah plastik dengan membuat regulasi yang kuat.

"Tolong buat kebijakan yang kuat untuk melindungi masa depan saya dan pemuda di negara Anda. Kebijakan yang dapat mengurangi jumlah produksi plastik dan melarang penggunaan bahan kimia berbahaya pada pembuatan plastik," ujarnya.

Sejalan dengan itu, aktivis lingkungan yang sangat peduli pada ekosistem Leuser di Sumatra, Farwiza menekankan perlunya sebuah regulasi yang dapat mendukung pembangunan berkelanjutan dan upaya konservasi.

"Saya berharap agar semua pemimpin dunia dapat melihat konsekuensi dari kebijakan yang dibuat hari ini sangat berpengaruh untuk masa depan. Kita perlu mendukung konservasi yang dilakukan oleh banyak pihak yang ingin menjaga hutan mereka," tegasnya.

Selanjutnya Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP), Fadli Zon naik ke atas panggung dan menyampaikan pidato pembuka dengan menyebut multilateralisme sangat diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi bersama.

"Multilateralisme adalah satu-satunya jalan yang bisa kita percaya untuk menjembatani berbagai perspektif dari banyak negara dan mengatasi berbagai masalah yang kita hadapi bersama," terangnya.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto ikut berbicara dalam forum pembuka P-20 tersebut. Ia menyebut jika Indonesia telah berupaya untuk menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dan lingkungan.

"Presiden Jokowi optimis dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini dan tahun depan. Namun Indonesia juga sadar bahwa perlu untuk menyeimbangkan itu dengan lingkungan. Presiden memiliki target untuk mencapai emisi nol karbon di tahun 2026," tuturnya.

Sementara, Ketua DPR RI Puan Maharani menjadi pembicara terakhir dalam forum pembuka tersebut dan menegaskan komitmennya untuk mensukseskan kontribusi parlemen dalam menyelesaikan berbagai krisis global.

"Indonesia, dengan semangat gotong royongnya, siap, mau dan mampu untuk berkolaborasi dengan dunia global dalam membangun dunia bersama," tambah Puan.

Selanjutnya acara dilanjutkan dengan diskusi yang terbagi ke dalam dua sesi. Sesi pertama bertemakan "Peran P-20 di dalam Membangun Hubungan Kerjasama Multilateral Antar Parlemen Abad ke 21" tersebut dimoderatori oleh Peneliti Senior Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Philip J. Vermonte.

Pembicara dalam sesi pertama diantaranya, Ketua Majelis Nasional Azerbaijan Shahiba Gafarofa, anggota DPR RI Irine Yusiana Roba Putri, Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga Kemlu RI Muhsin Shihab, Senior Program Manager International IDEA Adhy Aman.

Kemudian untuk sesi kedua, diskusi forum dimoderatori oleh Direktur Eksekutif Multatuli Project Evi Mariana, dengan tema "Bagaimana Parlemen Dapat Membantu Mencapai Target Pengurangan Emisi dan Memfasilitasi Kerjasama Global tentang Perubahan Iklim di Tengah Krisis".

Sesi terakhir ini akan diisi oleh empat panelis yakni Ketua Majelis Rendah Inggris Sir Lindsay Hoyle, Wakil Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) Putu Supadma Rudana, Direktur Jenderal Energi Baru dan Terbarukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI Dadan Kusdiana, dan Direktur Inisiatif Kebijakan Iklim Indonesia dan Pendiri Gerakan Diet Kantong Plastik Indonesia Tiza Mafira. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA