Menurut sumber diplomatik yang tidak ingin disebutkan namanya, kurangnya perencanaan menjadi alasan dari penundaan tersebut.
"Hingga kini format pembicaraan belum disepakati dan tidak ada tanggal baru yang ditetapkan," jelasnya seperti dimuat
Associated Press pada Jumat (7/10).
Tetapi, AU kemudian mengumumkan bahwa pembicaraan itu akan di gelar di Afrika Selatan dan dipimpin oleh utusan khusus mereka, Olusegun Obasanjo, bersama dengan mantan Presiden Kenya, Uhuru Kenyatta, dan mantan wakil presiden Afrika Selatan, Phumzile Mlambo-Ngcuka.
Pihak berwenang Tigray telah menyatakan diri siap untuk mengirimkan negosiatornya dan meminta jaminan keamanan untuk perjalanan mereka.
Sementara itu, pemerintah federal Ethiopia pada Rabu (5/10) juga telah menerima undangan dari ketua Komisi Uni Afrika dan bersedia menghadiri pembicaraan damai tersebut.
Pemerintah menuduh Front Pembebasan Tigrayan mencoba untuk menegaskan kembali hegemoni mereka atas Ethiopia.
Sementara itu, kelompok Tigray menuduh balik pemerintah telah melakukan sentralisasi kekuasaan dan penindasan yang berlebihan terhadap warga Tigray.
Keduanya menolak tuduhan satu sama lain dan belum ada pembicaraan formal yang terjadi antara keduanya selama gencatan senjata lima bulan antara Maret dan Agustus.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: