Permintaan tersebut disampaikan langsung Menteri Luar Negeri Ukraina Dmitry Kuleba dalam 'Pesan untuk Bangsa-Bangsa Afrika' yang diterbitkan di situs web kementerian pada Senin (10/10).
“Dukungan Afrika dibutuhkan sekarang lebih dari sebelumnya," tulis Kuleba, mengungkapkan bahwa dia mempersingkat tur lobi ibu kota Afrika untuk kembali ke rumah setelah serangan rudal Rusia di Kyiv dan kota-kota lain.
"Negara-negara Afrika (harus) berdiri dengan hukum internasional, integritas teritorial, dan perdamain, tidak hanya dengan mengutuk serangan di Kyiv, Odessa, Dnepr, Kharkov, Rovno, Lviv, dan Ivano-Frankovsk, tetapi juga dengan menentang dengan suara di PBB atas aksesi wilayah-wilayah bekas Ukraina oleh Moskow," tulisnya.
Meskipun telah melakukan berbagai upaya, nyatanya Kyiv sejauh ini mengalami kesulitan meyakinkan para pemimpin Afrika tentang perjuangan bersama mereka.
Deklarasinya bahwa Rusia menyandera benua itu dan entah bagaimana bertanggung jawab atas sanksi yang dijatuhkan padanya oleh negara-negara NATO, sehingga membahayakan pasokan makanan global, sebagian besar tidak didengarkan.
Hanya setengah dari negara-negara Afrika yang mendukung resolusi Majelis Umum PBB bulan Juni yang mengutuk tindakan Rusia di Ukraina, dan tidak ada yang bergabung dalam sanksi yang dipimpin oleh AS dan Eropa.
Sebaliknya, Ketua Uni Afrika Macky Sall mengeluh bahwa sanksi anti-Rusia telah mempersulit benua itu untuk membayar pupuk dan biji-bijian yang sangat dibutuhkannya, sementara Eropa mampu membuat celah untuk dirinya sendiri.
PBB berencana untuk memberikan suara minggu ini pada resolusi yang menyatakan referendum dan aneksasi empat wilayah oleh Rusia sebagai sesuatu yang tidak sah.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: