Untuk mengatasi hal tersebut, Presiden Moldova Maia Sandu pada Selasa (11/10) mendorong dibentukanya kebijakan baru yang dapat memberikan kekuatan lebih kepada penegak hukum untuk menindak para demonstran yang melanggar aturan.
"Pengkhianatan terhadap ibu pertiwi akan dihukum berat. Mereka yang menabur kepanikan dan ingin perang akan dihukum sesuai hukum," tegas Sandu seperti dimuat
Reuters.
Sandu mendapatkan banyak kritikan dari warganya karena terlalu dekat dengan barat Barat. Ia berani menjatuhkan saksi ke Rusia, yg justru menjadi bumerang karena Moskow mengancam akan memotong pasokan gas ke Chisinau.
"Kami melakukan segalanya untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di negara kami. Tetapi tekanan pada kami meningkat setiap hari. Ada semakin banyak upaya untuk mengacaukan situasi dan memecah belah kami," bela Sandu.
Ribuan orang telah turun ke jalan dan mendirikan tenda di luar parlemen dan kediaman Sandu dalam beberapa pekan terakhir, untuk menuntut pengunduran diri pemerintah yang pro Barat.
Warga ingin Sandu dapat bersikap lebih lembut pada Rusia, sehingga dapat menegosiasikan kesepakatan gas secara lebih baik dan menurunkan kenaikan harga di tengah krisis.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: