Pengunjuk rasa membakar ban, melemparkan batu ke polisi, dan berteriak, "Kami menginginkan anak-anak kami yang hilang!"
Situasi mencekam dengan jalan utama di pesisir Garziz yang diblokir dan lemparan batu yang sebagian salah arah, juga asap hitam yang membumbung dari ban-ban yang dibakar, seperti dilaporkan
Africa News.
Dua minggu lalu, sebuah kapal yang membawa migran Tunisia ke Italia, hilang di lepas pantai. Aparat telah berupaya melakukan penyelamatan dan pencarian. Upaya tersebut dianggap lamban karena sampai sejauh ini hanya delapan mayat yang berhasil ditemukan dan menunggu analisis DNA. Puluhan lainnya masih belum ditemukan.
Aksi protes telah berlangsung sejak itu, tetapi belum ada tanggapan dari Pemerintah sehingga aksi besar pun terjadi pada Rabu.
Liga Hak Asasi Manusia Tunisia mengatakan pihak berwenang tidak mencurahkan sumber daya yang diperlukan untuk operasi pencarian dan penyelamatan pada waktu yang tepat.
Krisis ekonomi yang berlangsung lama telah mendorong banyak warga Tunisia untuk mencoba bermigrasi ke Italia. Kebanyakan, mereka berangkat dengan kapal yang tidak layak.
Ada banyak peristiwa kecelakaan laut yang menimpa calon migran Tunisia, tetapi sejauh ini tidak menyurutkan tekad yang lainnya untuk mengikuti jejak pendahulu mereka, pergi dengan kapal untuk mencari penghidupan yang lebih baik.
Selama akhir pekan ini lalu, pihak berwenang Tunisia mencegat hampir 200 migran yang berusaha mencapai Eropa melintasi Laut Mediterania.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: