Tetapi, retorika yang dikemukakan secara terus menerus oleh Barat, dinilai Moskow menjadi sangat berbahaya karena isu yang digelontorkan terlalu provokatif.
Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov pada Rabu (12/10), menegur Amerika Serikat dan Eropa karena terlalu sering menyampaikan tanggapan yang berlebihan pada peringatan Putin soal nuklir.
"Kami menyatakan penyesalan harian kami bahwa kepala negara Barat, di Amerika Serikat dan Eropa, terlibat dalam retorika nuklir setiap hari. Kami menganggap ini sebagai praktik yang sangat berbahaya dan provokatif," ujar Peskov seperti dimuat
Reuters.
Lebih lanjut, Peskov juga mengkritik aliansi militer NATO atas kecenderungannya pada Ukraina merujuk pada perkataan Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg.
"Stoltenberg mengatakan bahwa jika Putin memenangkan perang, itu akan menjadi kekalahan bagi Barat. Ini menunjukkan bahwa NATO pada dasarnya berperang di pihak Ukraina," tegasnya.
Peskov juga mengungkapkan bahwa hingga saat ini, belum ada itikad baik dari Biden maupun Putin untuk membahas lebih lanjut soal potensi perang nuklir tersebut.
"Sejauh yang saya tahu, tidak ada inisiatif dari pihak Rusia atau Amerika untuk mengatur kontak di tingkat tertinggi," jelasnya.
Menjelang akhir bulan lalu, Presiden Rusia, Vladimir Putin kembali memperingatkan Barat bahwa dia tidak menggertak ketika mengatakan siap menggunakan senjata nuklir untuk membela Moskow.
Sementara itu, Presiden AS, Joe Biden justru meragukan bahwa Putin akan menggunakan senjata nuklir taktis di Ukraina. Sebab menurutnya, dunia telah menghadapi risiko terbesar nuklir Armageddon sejak Krisis Rudal Kuba 1962.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: