Aksi unjuk rasa besar-besaran kedua kalinya tersebut digelar pada Jumat (14/10) untuk mendukung para guru menagih janji pemerintah yang akan menaikkan gaji menjadi 80 persen dari pendapatan rata-rata lulusan universitas pada tahun 2025.
Meski begitu, menurut seorang guru yang bergabung dalam rapat umum di Budapest tengah, Nicolett Toth-Czeper, komitmen kenaikan gaji tersebut nyatanya tidak akan menyelesaikan masalah.
"Jika ada yang menghitung, kenaikan gaji guru sebesar 20 persen bahkan tidak akan menutupi pengeluaran karena tingginya inflasi," kata Nicolett.
Upah guru di Hongaria merupakan yang terendah di Eropa dengan hanya dibayar senilai Rp 6,3 juta perbulan.
Puluhan guru yang melakukab aksi mogok dan menuntut kenaikan gaji justru memperoleh ancaman dari pemerintah, bahwa jika mereka terus mengambil bagian dalam tindakan pembangkangan sipil, maka akan dipecat.
Pekan lalu, Perdana Menteri Hongaria, Viktor Orban mengatakan akan menaikkan upah guru setelah Komisi Eropa merilis dana pemulihan Uni Eropa, yang telah ditahan di tengah sengketa aturan hukum.
Sejak 2010, nasionalis Orban menghadapi ujian terberatnya hingga saat ini dengan ekonomi menuju resesi, inflasi tertinggi selam dua dekade, forint pada rekor terendah dan dana keanggotaan Uni Eropa yang masih dalam perselisihan karena terkait dengan standar demokrasi.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: