Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Anees Salim: Penulis Muslim yang Sukses di Cakrawala Sastra India

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Selasa, 18 Oktober 2022, 09:33 WIB
Anees Salim: Penulis Muslim yang Sukses di Cakrawala Sastra India
Anees Salim/Net
rmol news logo Kemunculan  Anees Salim sebagai bintang di cakrawala sastra India telah memberikan warna tersendiri. Ini  cukup melegakan, mengingat sangat jarang penulis fiksi berbahasa Inggris di India, terutama dengan nama Muslim.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Sebagai seorang novelis dengan buku-bukunya yang terkenal seperti Vanity Bagh, The Blind Lady's Descendants dan the Small Town, Salim telah menceritakan kisah-kisah tentang kota-kota kecil, mohalla, dan tokoh-tokoh tak dikenal yang sebagian besar beragama Islam dan diabaikan.

Shujaat Ali Quadri, Ketua Organisasi Mahasiswa Muslim dan Tokoh Masyarakat di India berpendapat bahwa dengam selera humor yang tak ada bandingannya dan refleksi masam pada kelemahan manusia, karya-karya salim adalah sesuatu yang sui generis.

"Dalam sepuluh tahun karirnya dengan tujuh bukunya yang meledak, Salim telah menjadi bagian tak terpisahkan dari fiksi Inggris di India," kata Shujaat, dalam opininya yang dimuat di situs dailygoodmorningkashmir atau GMK, pekan lalu.

Salim berhasil menyabet penghargaan paling bergengsi seperti Sahitya Akademi pada 2018, juga mendapatkan penghargaan The Hindu Literary Prize, Crossword Book Award, dan Bangalore Atta Galatta Literature Book Festival's Best Fiction.

Kecintaan pria kelahiran Varkala tahun 1970 ini terhadap buku, diwarisi dari ayahnya yang juga penggemar literasi. Ayahnya dulu bekerja di Asia Barat, membuka mata Salim pada kehidupan yang lebih luas lagi.

“Ayah saya ingin menjadi penulis, meskipun dia tidak pernah mengatakannya. Dia adalah pembaca setia fiksi sastra dan kami memiliki perpustakaan besar di rumah, dan itulah cara saya mengembangkan kecintaan yang mendalam untuk membaca," kata Salim.

Sayangnya, perpustakaan di rumahnya tidak memiliki ruang untuk fiksi populer.

Salim mengenang sebuah peristiwa yang membuatnya sedih, Ia  pernah membeli sebuah buku karya Harold Robbins dan meletakkannya di rak paling.

"Saya menyukai tampilan dan ukuran buku itu. Namun, keesokan paginya buku itu menghilang, dan saya tahu buku-buku seperti itu tidak akan pernah mendapat tempat di perpustakaan kami,” kata Salim yang ketika remaja senang membaca karay-karya VS Naipaul, Graham Greene, George Orwell, Gabriel Garica Marquez, John Updike, Saul Bellow, William Faulkner, dan Christopher Isherwood.

Kesukaannya membaca buku membantu mengasah tulisannya.  Namun, untuk menjadi penulis yang diakui jauh dari mudah.

Salim mendapatkan terobosan pertamanya setelah bertahun-tahun mengalami penolakan. Buku tersebut adalah Tales from a Vending Machine, novel tentang keseharian Hasina Mansoor, gadis berhijab muslimah yang bekerja sebagai asisten vending machine di sebuah bandara.

Salim meramunya dengan sangat memikat. Menggunakan kata ganti orang pertama, novel itu menggambarkan karakter 'aku'  yang memiliki selera humor dalam kesehariannya, serta ketangguhan untuk mengubah nasibnya yang suram. Untuk mempopulerkan karakter  Hasina Mansoor, Salim sampai membuat akun Facebook dengan nama Hasina Mansoor, yang postingannya bercirikan kecerdasan dan humor protagonisnya.

Semua novel Salim banyak menggunakan setting sosial yang beragam. Dalam Vanity Bagh, mislanya, ia menggambarkan sisi sosial konflik Hindu-Muslim di lingkungan India Utara.

“Saya dibesarkan di Kerala tetapi bepergian ke seluruh negeri untuk melihat tempat dan bertemu orang-orang. Saya menjahit mohalla yang disebut Vanity Bagh dari banyak kota di India yang membuat saya jatuh cinta. Dan ide tentang Vanity Bagh terjadi bertahun-tahun yang lalu ketika seseorang meminta saya untuk pergi dan tinggal di Pakistan. Pernyataan itu tetap melekat pada saya dan perlahan berkembang menjadi sebuah novel,” katanya dalam sebuah wawancara.

Selama menggarap novel itu, menurutnya, ia seperti menemukan India di masa-masa saat umat Islam menjadi sasaran ujian yang suram.

“Bertahun-tahun yang lalu, Pakistan secara teratur dipilih sebagai tempat 'yang tidak diinginkan'.  Itu menyakiti saya melampaui kata-kata. Tapi itu juga membuat saya mengingat kembali kota-kota di mana mohalla tertentu secara terang-terangan atau diam-diam disebut sebagai Little Pakistan. Dan begitulah Vanity Bagh lahir,” katanya.

Selain mengenalkan karakter muslim dan mohall, Salim telah menjelajahi kehidupan di kota-kota kecil.

“Saya merasa lebih mudah untuk menempatkan karakter saya di jalan-jalan yang saya jelajahi sejak kecil, di rumah tempat saya dibesarkan, di tepi laut dan di tebing yang terkenal dengan kampung halaman saya. Semua ini tercermin dalam cerita saya,” katanya.

Semua buku Salim sarat dengan keprihatinan sosial dan politik, tetapi Salim menegaskan bahwa lebih dari politik, ia lebih memilih untuk lebih fokus pada tangisan manusia daripada kebisingan politik.

Salim tinggal di Kochi, sebuah kota pelabuhan di pesisir barat daya India. Meski saat ia adalah penulis yang sukses, ternyata menulis bukanlah pekerjaan utamanya.

Peraih penghargaan Fiksi Terbaik Festival Buku Sastra Bangalore Atta Galatta (Bahasa Inggris) untuk Laut Kota Kecil ini adalah Direktur Kreatif untuk FCB Ulka, perusahaan periklanan multinasional. Menariknya lagi, meski memiliki latar belakang perilanna, Salim menghindari tur promosi dan berbicara di festival sastra.

“Pekerjaan saya sehari-hari sebagai profesional periklanan tidak membentuk atau mempengaruhi karir menulis saya. Bagi saya, mereka adalah aliran kehidupan yang berbeda dan saya tidak ingin satu mempengaruhi yang lain,” kata bijak. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA