Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Mohammad Shtayyeh: Arab Saudi Tidak Berpaling ke Israel, Tetap Solid Dukung Kemerdekaan Palestina

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/hani-fatunnisa-1'>HANI FATUNNISA</a>
LAPORAN: HANI FATUNNISA
  • Rabu, 26 Oktober 2022, 07:28 WIB
Mohammad Shtayyeh:  Arab Saudi Tidak Berpaling ke Israel, Tetap Solid Dukung Kemerdekaan Palestina
Perdana Menteri Palestina, Mohammad Shtayyeh dalam konferensi persnya di Hotel Borobudur, Jakarta pada Selasa 25 November 2022/RMOL
rmol news logo Pemberitaan yang menyebut pendukung kuat Palestina, Arab Saudi, mulai beralih haluan dan menjalin hubungan baik dengan musuhnya, Israel, dibantah oleh Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh selama kunjunganya ke Indonesia.

Shtayyeh dalam konferensi persnya di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (25/10) menegaskan jika Arab Saudi tidak sedikitpun keluar dari komitmenya untuk Palestina dan juga tidak menjalin hubungan dengan Israel.

"Untuk Informasi, Arab Saudi tidak menormalisasi hubungan apa pun dengan Israel. Pangeran Yang Mulia Muhammad bin Salman dan Raja Salman bin Abdul Aziz sangat jelas dan selalu jelas bahwa inisiatif arab menjadi dasar dari setiap hubungan dengan Israel," tegasnya.

Apa yang menjadi insiatif perdamaian Arab tersebut dijelaskan Shtayyeh bahwa negara itu akan berdamai jika Israel bersedia menghentikan okupasinya di Palestina dan negara Arab lainnya.

"Inisiatif perdamaian Arab mengatakan jika Israel menarik pasukannya dari Palestina dan Syiria dan wilayah Arab lainnya dan menyetujui batas wilayah pada tahun 1967, maka Arab akan siap melakukan perjanjian damai dengan Israel. Tapi jika Israel tetap mau meneruskan okupasinya maka normalisasi itu, tidak akan pernah terjadi," ujarnya.

Menurut Shtayyeh Arab Saudi telah sangat kokoh untuk komitmen tersebut. Hanya sangat disayangkan inisiatif tersebut belum bisa terealisasi karena hingga kini Israel tak kunjung menunjukkan tanda-tanda perdamaian.

"Jadi Arab Saudi sudah berdiri kokoh dengan masalah ini dan juga untuk Palestina. Semua orang menginginkan wilayah yang damai, tetapi kedamaian membutuhkan pilar-pilar yang kokoh. Kami memiliki sebagianya, namun sayangnya sekarang di Israel kami tidak memiliki mitra damai di sana," jelas Shtayyeh.

Dengan serangan Israel baru-baru ini, Shtayyeh berupaya menggambarkan bagaimana resiko besar dari peningakatan okupasi Israel di negaranya.

"Seperti yang Anda katakan cukup banyak agresi besar. Pagi ini  lima orang Palestina tewas. Sedikitnya 179 warga Palestina telah tewas sejak awal tahun hingga saat ini. Saya menyebutkan ini karena penting bagi kita untuk mengetahui risiko program percepatan penjajahan Israel hari ini," ucapnya.

Terakhir Shtayyeh menyebut Israel sendiri telah merusak solusi dua negara dengan tidak mengindahkan seruan hukum dan perdamaian serta terus meningkatkan upaya kolonialisasinya di Palestina.

"Israel secara sistematis menghancurkan solusi dua negara. Kami dan Komunitas Internasional bekerja keras untuk dapat menghentikan agresi ini di tanah dan wilayah kami. Itu mungkin jika ada Israel ikut terlibat. Sayangnya hari ini Israel tidak melakukan itu. Solusi dua negara itu mungkin jika Israel berhenti menerapkan solusi satu negara," pungkasnya. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA