Kesepakatan itu diumumkan pada Rabu (2/11) oleh utusan Perwakilan Tinggi Uni Afrika untuk Tanduk Afrika, Olesegun Obasanjo, dalam briefing pertama tentang pembicaraan yang dimulai minggu lalu.
"Kedua belah pihak telah secara resmi menyetujui pelucutan senjata yang tertib, lancar dan terkoordinasi bersama dengan pemulihan hukum dan ketertiban, pemulihan layanan dan akses tanpa hambatan ke pasokan kemanusiaan," kata Obasanjo, seperti dikutip dari
AFP, Kamis (3/11).
“Hari ini adalah awal dari fajar baru untuk Ethiopia, untuk Tanduk Afrika dan juga untuk Afrika secara keseluruhan,†tambah Obasanjo dari Pretoria, di mana kesepakatan resmi akan ditandatangani.
"Momen ini bukanlah akhir dari proses ini, tetapi awal darinya," lanjutnya.
PBB memuji pengumuman itu sebagai langkah pertama untuk perdamaian.
"Sekretaris Jenderal Antonio Guterres berharap kesepakatan itu dapat mulai membawa penghiburan bagi jutaan warga sipil Ethiopia yang benar-benar menderita selama konflik ini," kata juru bicara Stephane Dujarric kepada wartawan.
Para peneliti memperkirakan setidaknya 600.000 orang telah tewas di Tigray, baik sebagai akibat langsung dari pertempuran atau dari masalah terkait seperti kelaparan atau krisis kesehatan yang dipicu oleh blokade pemerintah Ethiopia di wilayah utara.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: