Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pengamat: Jika Netanyahu Kembali Berkuasa, Tidak akan Ada Lagi Proses Perdamaian dengan Palestina

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Kamis, 03 November 2022, 08:49 WIB
Pengamat: Jika Netanyahu Kembali Berkuasa, Tidak akan Ada Lagi Proses Perdamaian dengan Palestina
Benjamin Netanyahu/Net
rmol news logo Warga Palestina menyatakan keprihatinan atas prospek kemenangan mantan perdana menteri Benjamin Netanyahu untuk kembali berkuasa. Mereka meyakini, kemenangan Netanyahu  adalah awal dari eskalasi konflik yang lebih besar.

Hasil exit poll pemilu Israel pada Selasa (1/11) menunjukkan bahwa mantan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah memenangkan cukup kursi untuk kembali berkuasa.

Pemilihan Selasa,  yang kelima sejak 2019,  adalah referendum terhadap Netanyahu, yang dikhawatirkan oleh para kritikus bahwa  kemenangannya akan memberdayakan ultranasionalis sayap kanan, sementara sebagian lain berharap kemenangan 'Bibi" akan menandai akhir dari krisis politik yang telah melumpuhkan negara itu.

Banyak yang memandang dengan rasa khawatir terhadap prospek kemenangan Bibi, panggilan Netanyahu.

Para pejabat Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza mengatakan, corak ultra-nasionalis dari kemungkinan aliansi Netanyahu, termasuk penghasut Itamar Ben-Gvir yang pernah menganjurkan pengusiran warga Palestina, memicu kekhawatiran atas ketegangan lebih lanjut.

Bassam Salhe, anggota Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina, mengatakan kepada Reuters, Rabu (2/11) tentang kekhawatirannya itu.

"Hasil dari koalisi semacam itu akan meningkatkan sikap permusuhan terhadap rakyat Palestina dan membuat tindakan pendudukan menjadi lebih ekstrem," katanya.

Senada dengan Salhe, gerakan perlawanan Palestina Hamas, yang telah berperang beberapa kali dengan Israel selama dekade terakhir, memperkirakan kemenangan Netanyahu kelak akan menghasilkan lebih banyak potensi kekerasan.

Israel akan condong ke arah yang lebih ekstremisme, yang juga berarti agresi terhadap orang-orang Palestina akan meningkat," kata juru bicara Hamas Hazem Qassem.

Youssef Khattab, seorang direktur TV di Gaza, juga menyampaikan keprihatinannya.

“Rakyat Palestina tidak akan mendapatkan apa-apa dari rezim ini kecuali perang, penghancuran, pembunuhan, pertumpahan darah, penghancuran rumah, penghancuran tanah dan pembangunan lebih banyak pemukiman dengan mengorbankan rakyat Palestina,” katanya.

Reham Owda, seorang analis politik di Gaza, mengatakan kembalinya Netanyahu akan membuat proses perdamaian dengan Palestina akan terkalahkan dan menjadi angan-angan saja.

"Dengan Netanyahu, slogannya adalah, tidak ada perdamaian, tidak ada solusi dua negara, lebih banyak penyelesaian dan fokusnya adalah pada Iran," kata Owda.

Netanyahu telah lama menentang pembentukan negara Palestina bersama Israel.

Pasukan Israel baru-baru ini melakukan serangan dan pembunuhan semalam di Tepi Barat yang diduduki utara, terutama di kota Jenin dan Nablus, di mana kelompok baru pejuang perlawanan Palestina telah dibentuk.

Lebih dari 150 warga Palestina telah dibunuh oleh pasukan Israel di wilayah yang diduduki Israel sejak awal tahun ini, termasuk 51 di Jalur Gaza yang terkepung selama serangan tiga hari Israel pada bulan Agustus.

Lebih dari 30 dari mereka yang terbunuh baik dari Jenin atau terbunuh di wilayah Jenin. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA