Kesepakatan perbatasan laut Mediterania antara Lebanon dan Israel yang ditengahi Amerika Serikat bulan lalu, rentan kembali dibatalkan oleh Netanyahu yang sejak dulu bersikeras menentang keputusan tersebut dan menganggapnya sebagai taktik ilegal Beirut.
Lebanon sejauh ini lebih percaya diri dengan risiko besar yang mungkin saja terjadi jika Netanyahu benar-benar kembali menjabat sebagai perdana menteri.
Kepala Negosiasi Lebanon, Bou Saab, pada Rabu (2/11) menyatakan telah mendapat jaminan dari AS yang menyebut bahwa kesepakatan kemaritiman dengan Israel tidak dapat dengan mudah dibatalkan.
"Jika Netanyahu ingin menarik diri dari kesepakatan, maka dia akan menarik diri dari kesepakatan dengan AS," tegasnya seperti dimuat
The Times of Israel.
Saab menjelaskan jika baik Lebanon maupun Israel telah menandatangani kesepakatan secara terpisah dengan AS.
“Ketika Netanyahu mengatakan bahwa dia ingin membatalkan perjanjian, ini berarti dia akan menghadapi komunitas internasional," tambahnya.
Sementara itu, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price justru tidak mengkonfirmasi itu sebagai jaminan untuk Lebanon, tetapi lebih pada kesepakatan untuk kedua negara.
“Karena itu untuk kepentingan kedua negara, itu juga demi kepentingan AS. Kami berusaha untuk melihat kawasan yang lebih stabil, lebih terintegrasi,†kata Price.
Daerah lepas pantai di Mediterania timur dan Levant telah menghasilkan penemuan gas besar dalam satu dekade terakhir.
Penemuan energi lepas pantai itu, meskipun tidak berdampak besar, akan cukup membantu Lebanon dalam menyelesaikan masalah ekonominya
Kesepakatan perbatasan diambil untuk untuk meminimalisir potensi konflik dan perebutan batas antara Israel dan kelompok Hizbullah di Lebanon yang didukung Iran.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: